Pidie — Bencana kekeringan melanda sejumlah daerah di Tanah Air, salah satu dampak dirasakan di Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Aceh. Di kawasan itu, sekitar 500 hektare tanaman padi berumur 5-10 hari terancam mati karena kekurangan air.

Lokasi lahan sawah paling parah mengalami kekeringan meliputi Desa Mesjid, Desa Geudong, Desa Daboh, Cerih Keupula, dan Desa Buloh. Di lokasi tersebut petani biasanya mengandalkan sumber air saluran irigasi teknis dan tadah hujan.

Namun, sepekan terakhir di kawasan itu tidak pernah turun hujan. Hal itu membuat debit air di saluran irigasi menyusut. Akibatnya air irigasi tidak bisa mengairi petak sawah.

Hal itu praktis membuat pengairan sawah menjadi terganggu. Dampak kekeringan tersebut akan berpengaruh terhadap target produksi gabah di Pidie sebanyak 10 ton per hektare dalam setahun.

Untuk mengantisipasi dampak musim kemarau, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membangun sejumlah sumur. “Tahap awal pemprov membangun 12 sumur resapan di Madura yang diharapkan bisa menanggulangi kekeringan di wilayah Madura,” kata Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Surabaya, kemarin.

Tidak hanya itu, waduk yang berada di Jawa Timur juga diminta mengolah airnya secara benar sehingga tidak sampai kehabisan saat musim kemarau nanti. Pihak pemprov pun sudah meminta PT Jasa Tirta untuk mengolah kebutuhan air di sungai secara baik.

Di Wonogiri, Jawa Tengah, Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo justru menegaskan petani tidak perlu risau terhadap krisis pasokan air. Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air Perum Jasa Tirta I Wilayah Sungai Bengawan Solo Winarno Susilar mengungkapkan air Dam Colo Timur dan Colo Barat masih sangat berlimpah, dengan elevasi mencapai 135,08 meter di atas permukaan laut (dpl).

“Elevasi itu merupakan kondisi sangat aman karena masih jauh di atas pola normal yang dipatok setinggi 134,42 meter dpl. Dengan situasi seperti itu, petani tidak perlu khawatir terjadi krisis air,” ungkapnya. (Media Indonesia)