Banda Aceh – Pihak Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh mencatat, hingga akhir tahun 2009 jumlah pengguna alat kontrasepsi di Aceh mencapai 80,65 persen atau 558.237 pasangan dari jumlah 692.200 pasangan suami-istri (Pasutri) usia subur.

Dikuti dari Harian Aceh, Rabu (10/3/2010), “Dari jumlah 558.237 pasangan tersebut, 179.351 merupakan peserta Keluarga Berencana yang baru ikut menggunakan alat kontrasepsi,” kata Kepala Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Aceh, Drs Nasrullah Jakfar.

Meski demikian, Nasrullah mengakui bahwa angka kelahiran di Provinsi Aceh cenderung naik dari tahun ke tahun. “Angka kelahiran di Aceh berada di level 3,1 pada SDKI. Padahal, secara nasional ditargetkan pada level 2,2,” pungkasnya.

Menurut dia, naikna angka kehiran di Aceh akibat melemahnya program pelayanan KB pasca penerapan otonomi daerah. “Program KB tidak lagi menjadi isu strategis dalam pengendalian pertumbuhan penduduk dan pemenuhan hal-hak kesehatan reproduksi. Padahal program KB erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi,” lanjut Nasrullah.

Dia menjelaskan, program KB tidaklah sebatas penggunaan alat kontasepsi atau mencegah kehamilan. Tapi, program KB juga ikut memberikan pelayanan, pengaturan, dan dukungan untuk membentuk keluarga berkualitas.

“Kami turut serta memberi penyuluhan terkait usia kawin ideal, mengatur waktu dan jarak kehamilan ideal, serta membina ketahanan dan kesejahteraan kelaurga. Ini sesuai dengan visi BKKBN mewujudkan, ‘penduduk tumbuh seimbang 2015’,” imbuhnya.(*/ha/dan)