Malaysia – Aceh Development International Conference (ADIC) 2012 yang diselenggarakan oleh Tanôh Rincông Students Association (TARSA) bertempat di Senate Hall Rectory Building International Islamic University, Malaysia, Selasa (27/3) kemarin resmi ditutup oleh Prof. Dr. Tan Sri Dato’ Seri Sanusi Junid selaku President of Aceh Club.

Konferensi tingkat internasional yang diikuti oleh 254 orang peserta dari berbagai kalangan akademisi di nusantara tersebut juga menerima 150 karya ilmiah berupa paper dari berbagai negara, seperti Malaysia, Pakistan, Brunei Darussalam, India, Australia, Saudi Arabia, Egypt, Iran, Denmark dan Indonesia.

“Alhamdulillah dari konferensi ini banyak paper ilmiah yang dilakukan untuk pembangunan Aceh yang berkelanjutan yang disatukan dalam bentuk proceeding (buku)”, ucap Hafas Furqani, M.Ec selaku Steering Committee seperti yang ditulis dalam siaran persnya.

Sementara itu pantia ADIC 2012 dalam konferensi tersebut juga merekomendasi 13 hal utama dalam pembangunan Aceh ke depan nantinya, yaitu:

  1. Alqur-an menjadi pilar dan sumber semangat pembangunan Aceh;
  2. Pembangunan Aceh mesti memperhatikan nilai-nilai penting, kebijaksanaan daerah dan tradisi kehidupan yang telah terbukti sebagai faktor kunci kegemilangan Aceh;
  3. Pembangunan Aceh mesti mengikuti petunujk yang diberikan oleh Sultan Mughaytastyah, pada 23 July 1507 melalui 21 prinsip yang dikenal sebagai Aceh Code;
  4. Pembangunan berdasarkan kepada kebijakan syariat Islam mesti diimplementasikan di Aceh dalam rangka meningkatkan efisiensi sumber kekayaan alam Aceh dan mengembangkan secara ekonomi, sosial dan politik;
  5. Semangat pembangunan di Aceh, memerlukan pemimpin yang kuat, kompeten dan visioner. Konferensi menyarankan definisi dari seorang pemimpin seharusnya didefinisikan ulang “Pemimpin adalah yang mampu memecahkan masalah” merupakan definisi dari seorang pemimpin Aceh;
  6. Pengembangan inventaris dan data informasi tentang semua permasalahan dalam aspek pembangunan aceh untuk memahami permasalahan dan menemukan jalan keluar melalui kerjasama dengan semua stakeholders;
  7. Resolusi dari konferensi yang dahulu dan sekarang mesti digabungkan dan dipelajari untuk ditindaklanjuti untuk pembangunan Aceh;
  8. Menterjemahkan literature-literatur yang relevan dengan pembangunan Aceh dari bahasa asing kepada bahasa nasional dan menyediakan terbitan online literature tersebut diperpustakaan;
  9. Menyarankan kepada stakeholders untuk membuat studi banding yang komprehensif untuk mendapatkan rumusan yang sesuai untuk membangun sektor pendidikan di Aceh termasuk pembaharuan institusi Dayah;
  10. Sistem Keuangan dan Perbankan Islam mesti diimplementasikan di Aceh untuk mendorong pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini mesti melibatkan tiga sector pembangunan khususnya zakat dan waqaf;
  11. Merangsang penggunaan teknologi maju untuk meningkatkan pembangunan Aceh dalam berbagai sektor;
  12. Memelihara budaya entrepreneur yang dapat memacu pembangunan Aceh dari bagai sektor yang potensial seperti pariwisata, industri pertanian, industri rumah tangga dan sebagainya. Yang telah diabaikan pada masa yang lalu;
  13. Menciptakan hubungan kerjasama antara universitas, pemerintahan, sektor swasta dan NGO untuk merencanakan program pembangunan dan kebijakan publik lainnya.

Selain itu, antusiasme peserta yang ikut serta dalam konferensi ini cukup tinggi terlebih lewat hadirnya situs ADIC 2012. Seperti yang disampaikan oleh Muhammad Dayyan, selaku Ketua Panitia ADIC 2012.

“Mereka tahu tentang konferensi adalah dari laman www.adic2012.yolasite.com, ada teman mereka yang orang Aceh dan ada yang berminat tentang Aceh dengan 15 bidang penelitian”,  ujarnya. (afi)