Kuala Simpang – Kabupaten Aceh Tamiang memiliki lahan cukup luas dan cocok dikembangkan aneka produk kelapa sawit, pertanian dan perikanan lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Aceh, khususnya di wilayah tersebut.

“Aceh Tamiang masih terbuka untuk investor dan di daerah itu juga cocok untuk dikembangkan perkebunan kelapa sawit, selain pertanian lainnya, kata anggota Komisi VI DPR RI Muhammad Azhari di Kuala Simpang, ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang, Sabtu (3/3).

Menurutnya, saat ini di Aceh Tamiang yang merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten induk Aceh Timur itu sudah ada beberapa investor mengembangkan perkebunan kelapa sawit tetapi masih kurang optimal.

Jika ada pihak swasta yang mau lebih serius mengembangkan industri perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya, maka Aceh Tamiang akan lebih maju dibanding daerah lainnya.

“Dampak ikutannya terhadap masyarakat cukup banyak karena industri perkebunan itu akan menyerap ribuan tenaga kerja dan membutuhkan pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan termasuk pabrik pengolahannya,” katanya.

Azhari anggota DPR asal daerah pemilihan Aceh itu berkunjung ke Aceh Tamiang dalam rangka menghadiri undangan Maulid Nabi Muhammad SAW, oleh para ulama dan konstituennya di kabupaten yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara.

Disebutkan, saat ini produk kelapa sawit dalam bentuk minyak (crude palm oil/CPO) harganya di pasar internasional terus meningkat menjadi sekitar Rp8.700/kg atau 1170 dolar AS/ton. Harga komoditas perkebunan itu dipastikan terus meningkat dikarenakan adanya suplai yang menipis sedangkan permintaan terus naik.

Ia menyebutkan yang punya potensi untuk mengembangkan produk itu hanya Indonesia. Produksi kelapa sawit itu tidak hanya diolah menjadi minyak, tetapi juga ampasnya-pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pertanian dan pakan ternak.

Kini sudah banyak dikembangkan sapi dan kerbau yang dipelihara di areal perkebunan, karena selain banyak rumput, ampas dari kelapa sawit juga dapat dijadikan pakan ternak dan pupuk pertanian.

Ia juga mengatakan, jumlah produk minyak sawit nasional tahun 2011 mencapai sekitar 25 juta ton dan lebih dari 16,5 juta ton di ekpor ke mancanegara seperti India, china, Amerika dan kawasan Timur Tengah.

“Dalam waktu dua hingga lima tahun kedepan, Indonesia diperkirakan akan menjadi produsen sawit terbesar dunia. Sehingga Tamiang perlu memanfaatkan peluang keuntungan itu dengan tetap menjaga ukhwah Islamiah, persatuan sesama umat dan tetap berdedikasi memajukan wilayah ini.

Menjawab pertanyaan ia mengatakan, meskipun wilayah ini masih mempunyai lahan yang cukup luas, namun Pemkab AcehTamiang untuk tidak mudah melepas ijin Hak Guna Usaha/HGU kepada investor yang tidak punya tanggung jawab kepada lingkungan.

Akan tetapi, menurut Azhari, sebaiknya HGU lebih diutamakan kepada investor yang mau kerja sama dengan petani setempat dengan memberikan hak plasma lebih dari 20 persen dari total luas HGU yang diberikan kepada investor tersebut. (nta/nonblok)