Jakarta — Awal Ramadan tahun ini berpotensi tak serempak. Terutama antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jika Muhammadiyah telah menetapkan hari puasa pertama pada 20 Juli 2012. NU kemungkinan besar sehari setelahnya.

Wakil Ketua PWNU Jatim, KH Sholeh Hayat, mengatakan, NU tetap akan menggunakan metode rukyatul hilal bil fi’li, yaitu melihat hilal dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik.

NU masih masih menunggu hasil rukyat bersama pemerintah. Namun, melihat posisi irtifak hilal di bawah dua derajat, NU mungkin akan menggunakan standar istikmal atau menggenapkan umur bulan Sya’ban menjadi 30 hari. Posisi irtifak hilal masuk kategori sulit dirukyat.

Dengan adanya isyarat menyempurnakan umur bulan Sya’ban menjadi 30 hari, artinya 1 Ramadan berpotensi kuat ditetapkan pada hari Sabtu, 21 Juli 2012.

Menurut Sholeh, hasil hitungan di Kementrian Jawa Timur yang diikuti ahli astronomi dan ilmu falak menunjukkan sudah ada enam rujukan untuk awal Ramadan, berdasar hasil hisab sampai Kamis pekan lalu. Mayoritas mengarah 1 Ramadhan pada 21 Juli 2012.

Sementara Muhammadiyah menggunakan dasar hukum wujudul hilal karena bulan atau hilal sudah wujud 1,47/ 1,58 derajat. Artinya, hari pertama puasa bisa dimulai pada Jumat 20 Juli 2012.

“Kami berharap, semua ormas Islam dan pengikutnya bisa saling menghormati dalam menyikapi potensi perbedaan awal Ramadan tahun ini,” kata Anggota Badan Hisab dan Rukyat Pemerintah Provinsi Jawa Timur itu. “Namun, kami tetap berharap pemerintah bisa mengkondisikan agar awal puasa bisa bersamaan.” (vivanews)