[dropcap]P[/dropcap]uasa merupakan salah satu modal terkuat untuk mengurangi inflamasi, meningkatkan imunitas dan penyembuhan jaringan. Ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak orang merasa mual ketika terkena infeksi. Nah, dengan berpuasa mekanisme dalam tubuh akan mempengaruhi peningkatan kekebalam tubuh alami.

Peneliti di Intermountain Medical Center Heart Institute menemukan hasil kesehatan mengejutkan pada seorang laki-laki dan perempuan yang berpuasa selama 24 jam.

Laki-laki itu mengalami peningkatan 2000 persen dalam sirkulasi HGH (Human Growth Hormone) yaitu hormon pertumbuhan manusia yang berkaitan langsung dengan metabolisme. Sedangkan pada tubuh perempuan tersebut terjadi peningkatan HGH sebesar 1300 persen. Secara individu dengan berpuasa tingkat trigliserida mereka berkurang, kolesterol baik yaitu HDL (kolesterol baik) meningkat dan gula darah stabil.

Dari penelitian tersebut peneliti menyimpulkan cara terbaik memulai puasa adalah memberikan jarak dari sarapan ke makan malam setiap hari selama 12 jam. Dengan demikian 4 jam tubuh menyelesaikan proses pencernaan dan 8 jam untuk hati melakukan siklus detoksifikasi.

Berpuasa setiap hari menjadi salah satu cara hidup lebih lama serta efektif menurunkan risiko penyakit seperti jantung, kanker dan gejala penyakit kronis.

Penelitian yang dilakukan University of California menyelidiki efek jangka panjang puasa. Dan hasilnya membuktikan berpuasa berefek luar biasa pada penurunan berat badan.”Kami melakukan penelitian pada seseorang yang berpuasa selama delapan minggu. Hasilnya menunjukkan kadar kolesterol jahat turun seiring dengan penurunan trigliserida (lemak dalam darah), tekanan darah dan detak jantung. Indikator risiko utama penyakit jantung pun berkurang,” kata Pemimpin Penelitian Dr Krista Varady.

Mereka juga menjelaskan bagaimana puasa menguntungkan distribusi lemak yang disimpan dalam tubuh, mempengaruhi tingkat asam lemak dan hormon, termasuk leptin yang terlibat mengatur berat badan dan metabolisme.

Penelitian lain tentang manfaat berpuasa juga dilakukan ilmuwan di Louisiana State University. Ketua penelitian Dr James Johnson dan timnya meneliti salah satu mekanisme bahwa puasa memicu gen yang bertugas mengatur kelangsungan hidup dengan melindungi sel-sel dalam tubuh. Ternyata ketika berpuasa gen tersebut memperbaiki kerusakan yang dilakukan radikal bebas dan mencegah kematian sel secara prematur.

“Gen ini juga memperlambat proses penuaan dengan mengurangi risiko yang berkaitan dengan usia penyakit dan ancaman kesehatan. Dua penyebab penuaan seperti tanda peradangan dan stres oksidatif pun berkurang,” jelas Dr Johnson.

Puasa Regenerasikan Jaringan Tubuh

Demi mencapai hidup sehat dan bersih, puasa memiliki banyak sekali manfaat. Islam menginginkan umatnya agar senantiasa sehat, bersih, dinamis, gesit dan energik. “Berpuasalah supaya sehat,” ucap Nabi Muhammad Saw.

Banyak pula ahli medis kini yang membenarkan dan mengakui berbagai manfaat puasa yang menjamin kesehatan tubuh dan pikiran. Beberapa manfaat positif juga terbukti memiliki pengaruh langsung pada psikologi dan fisik dari mereka yang puasa.

Setelah melalui berbagai penelitian, puasa diketahui mampu dijadikan pengobatan efektif untuk gangguan psikologis dan emosional. Selain menjaga ketahanan dan kemampuan untuk menghadapi kesulitan serta daya tahan, puasa juga memperbaiki penampilan fisik. Dengan manahan rasa lapar sehingga menyingkirkan lemak berlebih.

Manfaat puasa terhadap kesehatan tidak berhenti di sana, ada pula benefit dalam menghindari sejumlah risiko penyakit, termasuk masalah sistem pencernaan, seperti sakit perut kronis, radang usus, penyakit hati, gangguan pencernaan, dan kondisi seperti obesitas, arteriosklerosis, tekanan darah tinggi, asma, dan difteri.

Seorang dokter asal Swiss, Dr Barsilus, mencatat, “Keuntungan menahan lapar melebihi metode medis.” Maka itu, tak mengherankan bila beberapa dokter menyarankan pasiennya untuk melewatkan waktu makan, kadang-kadang selama beberapa hari, sebelum pola makan mereka terkontrol.

Secara umum, puasa mempercepat penghancuran jaringan tubuh yang membusuk dengan rasa lapar kemudian membangun jaringan baru melalui nutrisi. Inilah sebabnya mengapa beberapa ilmuwan menyarankan bahwa puasa harus dianggap sebagai cara yang efektif untuk awet muda dan berumur panjang. Namun, Islam tak memberatkan umatnya. Mereka yang sakit, lansia, atau tak mampu dibebaskan dari kewajiban berpuasa.

Namun, puasa bukan sekadar menahan lapar dengan membatasi makanan. Islam merekomendasikan makanan pada dini hari yakni sahur. Dan untuk mendapatkan kesehatan yang baik, seseorang juga harus menahan diri makan berlebihan kala berbuka puasa.

Puasa, Lapar yang Menyehatkan

Selain mengandung nilai ibadah, puasa juga bermanfaat untuk kesehatan jasmani dan rohani. Tak mengherankan jika beberapa metode penyembuhan penyakit dan pemeliharaan kesehatan menggunakan metode serupa puasa Ramadhan dalam terapinya.

“Puasa mengantarkan kita kepada frekuensi makan yang baik. Itu jauh lebih penting daripada mengatur total asupan makanan yang sering dilakukan orang saat berdiet,” ujar dokter spesialis gizi klinik Tirta Prawita Sari di Jakarta. Selama berpuasa sekitar 14 jam, lanjut Tirta, tubuh tidak mendapat asupan makan dan minum.

Pada 8 jam awal puasa, tubuh memproses makanan yang ada di saluran cerna. Enam jam berikutnya menjadi waktu yang ideal bagi sistem pencernaan untuk beristirahat. “Jadi, puasa memberi kesempatan agar organ-organ pencernaan beristirahat,” ujar Tirta yang juga Ketua Yayasan Sadar Gizi itu.

Saat sistem pencernaan beristirahat itulah energi tubuh menjadi lebih terarah untuk proses perbaikan-perbaikan sel dan sistem tubuh yang rusak. Namun, manfaat itu tidak akan bisa diperoleh bila seseorang berpuasa dengan metode ‘balas dendam’ alias makan berlebihan saat berbuka. Idealnya, lanjut Tirta, berbuka dilakukan secara bertahap, dengan jumlah kalori secukupnya dan mengandung gizi lengkap seimbang.

“Batasi konsumsi gula sederhana, seperti makanan dan minuman bergula.”

Tirta menambahkan, penting bagi seseorang untuk memahami manfaat puasa dan menjalankannya dengan ikhlas. “Yang tidak kalah penting ialah niatnya. Ini mungkin terkesan sepele. Namun, niat yang berhubungan dengan batin dan pikiran kita itulah yang membantu proses penyesuaian fisik kita terhadap kondisi berpuasa sehingga puasa dapat berjalan dengan lancar,” pungkas Tirta.

Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial Syam mengatakan, “Dengan pengaturan makan ini akan terjadi pengurangan asupan makan atau asupan kalori yang menyebabkan asupan lemak juga ikut berkurang. Asupan lemak yang berkurang juga akan mengurangi asupan kolesterol. Jika seseorang berpuasa dengan baik, seharusnya parameter laboratorium juga akan membaik.” (IRIB Indonesia/RM/Media Indonesia)