Kak-Peni-sedang-menunggu-pelanggan-untuk-membeli-dagangan-jajanan-khas-Aceh-miliknya-dilintasan-jalan-Meulaboh-Banda-AcehMUSIBAH gempa dan tsunami yang melanda Aceh yang kini hampir berumur satu dekade, telah banyak menyimpan banyak kenangan dan keberkahan tersendiri bagi penjaja kue tradisional khas Aceh.

Berkah dari musibah ini memang telah banyak melahirkan semangat baru, mengembalikan ekonomi masyarakat yang terpuruk pascatsunami juga telah membuat masyarakat untuk terus bangkit.

Sebut saja Kak Peni, begitulah nama yang akrab disapa oleh sesama penjaja kue tradisional khas Aceh yang tidak begitu jauh dari rumah peninggalan Cut Nyak Dhien di Gampong Lampisang, Peukan Bada, Aceh Besar.

Memasuki bulan Desember, pusat jajanan kue tradisional Aceh di jalan raya lintas Banda Aceh – Meulaboh ini memang ramai dilirik wisatawan, terlebih lagi jelang peringatan 10 tahun tsunami berbagai turis mulai membajiri Aceh untuk melihat peringatan tahun ini.

“Kalau sudah tiba Desember, biasanya dagangan kami disini banyak dibeli oleh turis. Apalagi kalau mau dekat-dekat mau peringatan musibah gempa dan tsunami, alhamdulillah dagangan kami banyak laku,” katanya.

Peni menyebutkan, jajanan khas Aceh yang dijualnya banyak dibeli oleh pelancong lokal maupun mancanegara, seperti dari Amerika, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Prancis, dan banyak negara lainnya.

“Peringatan tsunami tahun lalu, kue-kue yang saya jual ini banyak dibeli oleh turis luar negeri yang datang ramai-ramai dengan bus pariwisata,” sebut perempuan yang sudah tiga tahun menjual kue ini.

Selain itu, yang uniknya, wisatawan yang berkunjung ke Lampisang selain berwisata sejarah, kue-kue yang dibeli rata-rata beragama, seperti kue keukarah, kue seupet, dodoi (dodol).

“Kalau turis dari Malaysia, Singapura, dan Brunei, mereka suka sekali dengan kue meusekat,” serunya sambil tersenyum.

Sambut peringatan 10 tahun musibah gempa dan tsunami yang hitungan hari akan diperingati, Kak Pina beserta sejumlah penjual lainnya juga berharap kehidupan ekonomi mereka bisa terus membaik, walaupun masih ada juga masyarakat Aceh yang hingga kini masih terhimpit dengan beban ekonomi.

“Mencari rezeki itu bisa dimana saja. Yang paling penting dengan niat yang baik. Masyarakat Aceh harus bangkit, jangan hanya tergantung dengan bantuan orang lain. Kita harus mandiri dengan mencari rezeki yang halal,” tutup perempuan yang mengaku sudah berjualan kue tradisional Aceh selama tiga tahun tersebut.[]