Kenyal dan lembut, ya itulah cincau. Nama “cincau” sendiri berasal dari dialek Hokkian Sienchau yang lazim dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara.

Cincau, bahasa asalnya sebenarnya adalah nama tumbuhan (Mesona spp.) yang menjadi bahan pembuatan gel ini.

Di bulan puasa, selain kolang kaling, cincau juga bisa jadi menu pilihan untuk berbuka.

Warna cincau bermacam-macam, mulai dari hijau hingga hijau pekat, lalu ada pula cincau hitam. Tak hanya warna, konsistensi cincau pun berbeda satu sama lain karena jenis daun yang dipakai berbeda-beda.

Tidak hanya itu, cincau juga memiliki efek penyejuk serta peluruh. Cincau secara tradisional juga percaya dapat menjadi penurun panas, mual, mengatasi diare, mencegah gangguan pencernaan dan menurunkan tekanan darah tinggi.

Kandungan antioksidan cincau hitam juga cukup tinggi, bahkan melebihi kandungan antioksidan dalam vitamin E. Ini sangat baik untuk kecantikan dan kesehatan kuku serta kulit. Fakta sehat lainnya, cincau juga mengandung serat larut air, yang saat berada dalam tubuh dapat menurunkan kadar gula dan lemak atau kolesterol.

Cincau biasanya jadi bahan tambahan dalam membuat es campur atau es shanghai. Cincau biasanya dibuat dengan cara merendam daun cincau di dalam air. Sebelumnya, daun diremas-remas atau dihancurkan. Ada pula yang merebus daun cincau terlebih dahulu.

Pada tahap ini, air rendaman daun cincau biasanya diberikan sedikit soda kue sebagai pengawet. Setelah didiamkan selama beberapa jam, terbentuklah gel-gel. Itu terbentuk karena daun cincau mengandung karbohidrat yang mampu mengikat molekul-molekul air.

Setelah itu bisa dikreasikan sendiri, dicampurkan dengan minuman atau sirup sesuai dengan selera. Tertarik untuk mencoba minuman sehat dan segar ala cincau? (*/liputan6/vivanews)