“Kita berhasil! Garuda akhirnya mendengar suara kita. Pada 18 Maret 2013, terbit SOP Kestasiunan baru tentang penanganan passenger remove mobility (PRM),” itulah kata pembuka Cucu Saidah, saat menyebarkan surat ajakan kepada netizen untuk mengapresiasi maskapai Garuda Indonesia, Minggu (14/4).
Sejak hari Sabtu (13/4) kemarin, Cucu Saidah telah menyebarkan surat apresiasinya kepada 12 ribu lebih netizen dan hari ini terus bertambah.
Cucu adalah penyandang disabilitas yang menyampaikan protes atas standar layanan Garuda Indonesia bagi penyandang disabilitas menggunakan kursi roda. Ia memulai petisi pada 10 Maret dan kemudian mengumumkannya bersama somasi melalui YLBHI.
Cucu senang karena manajemen Garuda Indonesia akhirnya menerbitkan kebijakan tertulis yang dijanjikan. Isinya:
Penyandang disabilitas tidak perlu mengisi surat pernyataan sakit atau form of indemnity, termasuk pernyataan bahwa Airline Pengangkut tidak bertanggungjawab jika terjadi kerusakan pada wheelchair dimaksud.
Penumpang dapat menggunakan wheelchair pribadi sampai dengan boarding gate atau pun menggunakan wheelchair milik Garuda.
Memberikan label ‘fragile’, ‘priority’, ‘doorside’, dan ‘incard baggage tag pada wheelchair yang bersangkutan.
Memastikan bahwa wheelchair baik milik pribadi maupun milik Garuda berada di Boarding Gate/Ramp area sesaat sebelum penumpang turun dari pesawat.
Pendiri Change.org Indonesia Usman Hamid menyatakan upaya Cucu Saidah mengajak publik mengapresiasi Garuda mendapat sambutan positif. Antara lain sambutan ini dapat dilihat pada tautan beriku http://bit.ly/sopdisable di mana sejumlah netizen mengapresiasi langsung perubahan kebijakan Garuda Indonesia.
“Ini adalah inspirasi yang kesekian kalinya dari warga masyarakat yang menggunakan petisi change.org. Kita telah melihat seorang Anita Wahid, menggalang dukungan save KPK dan berhasil. Seorang TKW Imas Tati berhasil memaksa Satgas TKI minta maaf karena pernyataan tidak etis keduanya. Kali ini, inspirasi penggerak perubahan lahir dari seorang penyandang difabel karena cintanya pada maskapai Indonesia. Ini kemajuan besar,” tutur Usman.
Dalam suratnya Cucu mengajak netizen “Sebarkan kabar ini. Inilah perubahan yang tak terpikir terjadi begitu cepat.
Saya ingat, sehari usai perjalanan Jogja-Jakarta (GA 205) pada 10 Maret, saya mulai petisi www.change.org/SupportSaidah lalu mengumumkannya bersama somasi di YLBHI. Atas dukungan Anda, kita membuat perubahan!” tutur Cucu, yang kerap telah menjadi penumpang Garuda sejak 2005.
Teman saya dari Banda Aceh, Kupang dan Denpasar, kata cucu, tak lagi ngotot diminta ini itu. Nah, mari kita apresiasi Garuda lewat akun twitter mereka @IndonesiaGaruda( https://twitter.com/IndonesiaGaruda) dan pantau serta ingatkan agar dilakukan sosialisasi serius.
Misalnya, terhadap baru-baru ini Direktur Layanan Garuda Indonesia Faik Fahmi menyurati Direktur Operasi Gapura Angkasa Heru Legowo; “kami akan memastikan pelaksanaan penanganan penumpang disabilitas ini di seluruh stasiun domestik secara konsisten.”
Cucu berharap perubahan kebijakan Garuda tidak terputus di sini. Mereka janji tingkatkan layanan aksesibel, dari reservasi, check in, ruang tunggu, boarding hingga turun pesawat, layanan staf ground ke cabin crew, dari SOP sampai pelatihan pembuat kebijakan, petugas bandara, pramugari dan pramugara. Cucu mengajak masyarakat untuk mengawal kemajuan positif ini. Sampai tak ada lagi diskriminasi. (Ogi Wicaksana)
Belum ada komentar