Banda Aceh — Cuaca cerah menemani malam yang damai, Senin (24/12) di daerah yang pernah hancur tersapu oleh gelombang tsunami yang maha dahsyat pada Minggu, 26 Desember 2004 lalu, ketika sekumpulan orang berkumpul di bangunan kuno. Bangunan kuno itu tak lain adalah Gereja Hati Kudus, gereja Katolik yang ada di Banda Aceh.

Gereja itu terletak hanya 10 meter dari Sungai Krueng Aceh, sungai yang membelah Kota Banda Aceh dan membawa air ke darat pada saat gelombang tsunami menerjang Aceh.

Arak-arakan rombongan Pastor (Imam) disambut tarian tor-tor batak toba masuk ke dalam gereja yang didirikan oleh kolonial Belanda pada tahun 1926 ini. Gereja Hati Kudus dibangun sekitar tahun 1926 (diresmikan pemakaiannya 26 September 1926).

Gereja bergaya gotik itu, tampak sudah berdandan dengan aneka pernak-pernik natal. Kerlap-kerlip lampu natal pun terlihat bergelantungan di Pohon Natal dan gua natal nan sederhana.

“Natal telah tiba. Mari kita bersukacita menyambut Dia, Sang Juru selamat,” ucap Pastor Sirilus Manalu, Projo, membuka Misa Malam Natal, di gereja yang letaknya berada tepat di depan Markas Komando Daerah Militer Iskandar Muda.

Dalam pesan Natalnya, Sirilus mengajak umat Katolik di bumi Serambi Mekkah untuk bersukacita karena kelahiran Yesus Kristus telah membawa kebebasan kepada semua umat manusia dari penderitaan dan keputusasaan hidup ini.

Pastor ini juga mengajak seluruh umat untuk mau berbagi sukacita Natal bagi sesama.

“Pesan Natal kali ini bagi umat Katolik di Aceh tahun ini, ialah supaya mereka makin bersukacita. Karena Yesus yang diyakini sebagai Juruselamat mereka itu sungguh-sungguh membuat mereka bersukacita,” ungkap Sirilus kepada Wartawan di gereja yang cikal bakal awalnya merupakan Kapel Hati Kudus sekitar tahun 1885 dengan pastor pertamanya, Pastor Henricus Verbraak, SJ, yang tentara Belanda.

Lebih lanjut, kata dia, umat Katolik di tanah Rencong ini, juga dapat menghadirkan sukacita bagi pasangannya, keluarga dan lingkungannya masing-masing. Bahkan bagi bangsa Indonesia tercinta.

Sebagai Pastor yang diperbantukan ke Aceh, Sirilus mengaku takjub dengan kemeriahan dan damai serta toleransi antar umat beragama di Aceh. Sehingga Natal di Paroki yang oleh warga Aceh akrab disebut Gereja ayam jago itu dapat digelar dalam kondisi aman dan tenteram.

“Saya sangat bergembira karena rupanya sangat aman di Aceh ini. Saya pikir dulu kurang aman ya. Tapi ternyata sesudah hadir di sini, sangat bagus keamanannya, sangat toleran dan sangat baik,” ujarnya.

Sementara itu, ibadah malam Natal di gereja-gereja lainnya di Aceh juga berlangsung khidmat dan aman. Seperti sekitar satu kilometer dari Gereja Katolik Hati Kudus, terdapat Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB) dan Gereja Methodist. Pun demikian ibadah Malam Natal di gereja HKBP.

Tampak personil kepolisian berjaga-jaga di sekitar gereja guna mengamankan jalannya Misa dan Ibadah Natal tahun ini di Kota yang dahulu dikenal dengan Kutaraja. (tribunnews.com)