Banda Aceh – Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh melakukan berbagai gerakan dalam upaya melacak kasus HIV/AIDS yang dikhawatirkan jumlahnya terus meningkat sejak beberapa tahun terakhir di provinsi tersebut.

“Kami terus berupaya melakukan pelacakan dan pencarian kasus. Kasus HIV/AIDS di Aceh itu tidak hanya ditemukan di kota-kota besar di Aceh, tapi juga ada di beberapa kabupaten,” kata Kepala Dinkes Aceh dr M Yani, M.Kes, saat dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (16/4).

Data yang diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Aceh menyebutkan sebanyak 46 kasus ditemukan hingga akhir Desember 2009.

Upaya penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan Pemerintah Aceh adalah menyiapkan pelayanan bagi penderita di rumah-rumah sakit yang ditunjuk di sejumlah kabupaten/kota.

“Selain itu kita juga memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian obat-obatan di luar Puskesmas,” katanya menambahkan.

Program penaggulangan penyakit HIV/AIDS, kata Yani, juga salah satu yang menjadi perhatian besar pemerintah, termasuk mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat dan LSM asing serta badan dunia di provinsi berpenduduk 4,6 juta jiwa tersebut.

“Masalah HIV/AIDS juga program penting yang mendapat dukungan berbagai pihak untuk menekan kasus penyakit tersebut,” katanya menambahkan.

Di pihak lain, Yani mengatakan masih ada anggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit “yang dicari” dan pandangan tersebut tentunya tidak tepat.

“Artinya, tidak semua penderita diakibatkan oleh ulahnya sendiri, misalnya melalui seks bebas dengan wanita tuna susila. Sebab, bisa saja HIV/AIDS diderita oleh orang baik-baik, misalnya wanita di kampung yang tidak mengetahui jika suaminya mengidap penyakit itu,” katanya.

Pihaknya akan menyelidiki tempat-tempat yang memiliki risiko besar bagi penularan penyakit HIV/AIDS, meski di Aceh tidak ada lokalisasi bagi wanita tuna susila.

“Bisa saja ada rumah kecantikan yang menyalahgunakan izin operasional dan di sana mungkin terjadi praktik prostitusi. Jadi itu menjadi sasaran untuk kita selidiki untuk mencegah jangan sampai terjadi penularan kasus HIV/AIDS kepada orang lain,” katanya.(*k-ha)

)Aceh | Harian Aceh

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh melakukan berbagai gerakan dalam upaya melacak kasus HIV/AIDS yang dikhawatirkan jumlahnya terus meningkat sejak beberapa tahun terakhir di provinsi tersebut.

“Kami terus berupaya melakukan pelacakan dan pencarian kasus. Kasus HIV/AIDS di Aceh itu tidak hanya ditemukan di kota-kota besar di Aceh, tapi juga ada di beberapa kabupaten,” kata Kepala Dinkes Aceh dr M Yani, M.Kes, saat dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (16/4).

Data yang diperoleh dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Aceh menyebutkan sebanyak 46 kasus ditemukan hingga akhir Desember 2009.

Upaya penanggulangan HIV/AIDS yang dilakukan Pemerintah Aceh adalah menyiapkan pelayanan bagi penderita di rumah-rumah sakit yang ditunjuk di sejumlah kabupaten/kota.

“Selain itu kita juga memberikan pelayanan dalam bentuk pemberian obat-obatan di luar Puskesmas,” katanya menambahkan.

Program penaggulangan penyakit HIV/AIDS, kata Yani, juga salah satu yang menjadi perhatian besar pemerintah, termasuk mendapat dukungan dari berbagai elemen masyarakat dan LSM asing serta badan dunia di provinsi berpenduduk 4,6 juta jiwa tersebut.

“Masalah HIV/AIDS juga program penting yang mendapat dukungan berbagai pihak untuk menekan kasus penyakit tersebut,” katanya menambahkan.

Di pihak lain, Yani mengatakan masih ada anggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit “yang dicari” dan pandangan tersebut tentunya tidak tepat.

“Artinya, tidak semua penderita diakibatkan oleh ulahnya sendiri, misalnya melalui seks bebas dengan wanita tuna susila. Sebab, bisa saja HIV/AIDS diderita oleh orang baik-baik, misalnya wanita di kampung yang tidak mengetahui jika suaminya mengidap penyakit itu,” katanya.

Pihaknya akan menyelidiki tempat-tempat yang memiliki risiko besar bagi penularan penyakit HIV/AIDS, meski di Aceh tidak ada lokalisasi bagi wanita tuna susila.

“Bisa saja ada rumah kecantikan yang menyalahgunakan izin operasional dan di sana mungkin terjadi praktik prostitusi. Jadi itu menjadi sasaran untuk kita selidiki untuk mencegah jangan sampai terjadi penularan kasus HIV/AIDS kepada orang lain,” katanya. ant