Jakarta – Terorisme masih menjadi ancaman negara-negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sel-sel terorisme akan terus mencari eksistensi, salah satunya adalah dengan mengembangkan diri melalui jejaring sosial.

“Harus diwaspadai, aksi terorisme mulai ditumbuhkan melalui perkembangan teknologi terkini, melalui jaringan televisi, radio, dan jaringan sosial, Facebook, dan lainnya,” ujar Presiden ke-3 RI, BJ Habibie.

Hal itu disampaikan dia dalam pembukaan seminar internasional ‘Peran Ulama Pesantren dalam Menangani Terorisme Global’ di MTM Kempek, Yayasan Kyai Haji Said Aqil, Cirebon, sebagaimana keterangan tertulis dari PBNU, Jumat (16/3).

Dia menilai sekarang ini sistem keamanan diarahkan ke skenario perang dan gangguan keamanan lain yang sudah klasik. Namun untuk penanganan terorisme, pengarahan ke skenario perang dianggapnya tak sesuai dan tak dapat diterapkan.

“Dulu kalau bicara gerilya ya di hutan, sekarang tidak, gerilya bisa di kota. Medan perangnya itu sudah berbeda,” lanjutnya.

Menurutnya, terorisme juga dapat dilawan dengan penggunaan teknologi yang tepat dan peningkatan kerja sama global dan internasional di bidang yang sama. Selain itu, untuk bisa menekan dan mengatasi terorisme di Indonesia, pemerintah disarankan untuk terus melakukan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Tetap menjaga ketentraman di masyarakat, seperti halnya dalam bidang perekonomian, juga penting untuk menjegah terjadinya aksi teror,” ucap Habibie. (dtc/YEZ)