Calon pembeli mengamati daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Minggu (3/2).
Calon pembeli mengamati daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Minggu (3/2). (antaranews.com)
Calon pembeli mengamati daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Minggu (3/2).
Calon pembeli mengamati daging sapi yang dijual di Pasar Senen, Jakarta, Minggu (3/2). (antaranews.com)

Jakarta — Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Enny Sri Hartati menyebutkan, berfluktuasinya pasokan serta harga daging sapi belakangan murni permainan kartel di dalam negeri.

“Jelas permainan kartel. Mau dibilang pasokan lokal banyak tapi ada campur tangan kartel, price maker-nya sudah menentukan harga serta pasokannya,” katanya, di Jakarta Minggu (3/1).

Enny memperkirakan ada permainan kulakan besar yang turut campur tangan atas fluktuasi harga daging sapi saat ini. Bahkan, sejumlah importir nakal juga turut ambil bagian akan hal itu. Akibatnya, supply-demand bukan menjadi acuan kalkulasi harga, melainkan intervensi permaianan kartel.

“Soal importir saya sendiri paham bahwa itu pun telah dibatasi oleh pemerintah. Tentunya langkah pemerintah membatasi lantaran domestik sendiri memiliki potensi untuk memenuhi pasokan. Namun jika kartel yang sudah bermain maka potensi ini dirasa percuma. Pasti harga mereka yang tentukan,” katanya.

Untuk itu, Enny menyaranakan sinergi bersama Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait perlu ditingkatkan menyusul adanya indikasi praktek kecurangan di pasar komoditas ini. Di samping itu pemerintah juga perlu mendorong para peternak untuk lebih giat berproduksi. Asalkan sejumlah insentif dimasifkan juga oleh pemerintah.

“Di samping ada sinergi antara K/L, pemerintah perlu membantu para peternak. Bisa dengan bibit atau pun pakan. Tata niaga dan penetapan harga harus diperhatikan pemerintah. Jangan sampai jika peternak panen, ternyata harga di pasar anjlok,” katanya dilansir inilah.

Kasus dugaan suap yang dilakukan PT Indoguna Utama untuk mendapatkan tambahan kuota impor daging sapi membuat masyarakat bertanya-tanya berapa keuntungan yang didapat sebuah perusahaan dari impor sapi?

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia, Khudori, mencoba menjelaskannya. “Untungnya besar sebab harga daging sapi di Indonesia mahal sekali,” ujarnya Jumat (1/2).

Pertama, ada tiga negara asal daging sapi yang diimpor Indonesia. Ketiganya adalah Australia (sekitar 75 persen), Selandia Baru (20 persen), dan Amerika Serikat (5 persen). Bank Dunia mencatat, harga daging sapi di ketiga negara itu hampir sama yakni sekitar Rp 37.800 (4,2 dollar AS) per kilogram.

Khudori lalu menyebut bahwa biaya transportasi, asuransi hingga bongkar muat untuk memasukkan daging ke Indonesia sekitar 25 persen dari harga beli. Semisal harga daging di luar negeri itu dibulatkan jadi Rp 40 ribu per kilogram, ditambah Rp 10 ribu untuk angkutan, maka hanya dengan modal Rp 50 ribu importir bisa bawa satu kilogram daging itu ke Indonesia. “Padahal kita tahu harga daging di sini sekarang antara Rp 90-95 ribu per kilogram,” tuturnya.

Dengan berbaik sangka bahwa pengurusan izin impor gratis seperti yang disebutkan oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian, kata Khudori, pengusaha bisa mendapat keuntungan antara Rp 40-45 ribu per kilogram daging yang diimpornya. “Itu kan hampir 100 persen,” kata Khudori.

Tahun ini, Kementerian Perdagangan menyebut PT Indoguna Utama mendapat jatah kuota impor daging sapi sebanyak 2.995 ton. Maka, keuntungan minimal yang bisa mereka raup adalah Rp 119,8 miliar. “Ya saya kira wajar kalau mereka menyuap sampai Rp 40 miliar,” kata Khudori.

Benar kata Ketua Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) Thomas Sembiring yang menyatakan bahwa kalau bisnis ini tidak menggiurkan, tentu tidak akan berebut orang untuk mendapatkan kuota impor.

Thomas menjelaskan, kebijakan pemerintah melarang daging impor dijual kepada masyarakat atau kuota impor dibatasi bertujuan untuk memproteksi peternak sapi lokal. Dengan demikian, pangsa pasar daging impor adalah kalangan industri perhotelan, restoran, dan katering (horeka) dan pengolahan makanan.

Menurut data Bank Dunia, harga daging sapi rata-rata di Indonesia pada bulan Desember 2012 mencapai 9,76 dollar AS, sementara di Malaysia hanya 4,3 dollar AS, Thailand 4,2 dollar AS, Australia 4,2 dollar AS, Jepang 3,9 dollar AS, Jerman 4,3 dollar AS, dan India 7,4 dollar AS.

Sementara Wamendag Bayu Khrisnamurti mengatakan sudah tiga bulan ini harga daging sapi tak kunjung turun di kisaran Rp90 ribu per kilogram dan bisa menyentuh level Rp 120.000 per kilogram bila mendekati puasa dan Lebaran yang artinya sudah melampaui daya beli masyarakat. (dbs)