Seputaraceh

Harun Keuchik Leumik Koleksi Perhiasan Kuno

Banda Aceh – Harun Keuchik Leumik sebagai seorang kolektor dan penyelamat benda bersejarah Aceh itu, saat ini sudah mengoleksi 300 lebih jenis perhiasan kuno yang terbuat dari emas Aceh.

Selain emas kuno, Harun Keuchik Leumik juga mengoleksi 30 kain sutera Aceh, 13 stempel kerajaan Aceh, lima Al-Quran tulisan tangan dari abad 13, senjata tajam sebanyak 100 an buah, dan 600 buah koin kerajaan Aceh.

“Awalnya penyimpanan benda-benda bersejarah ini hanya hobi belaka karena ingin menyimpang warisan leluhur Aceh,” kata Harun, Jumat (5/3/2010) kepada anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Meutia Hatta saat berkunjung ke musium mininya.

Seiring waktu dan panjangnya perjalanan, Harun mengakui banyak benda-benda bersejarah ini yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia termasuk di luar negri. Akhirnya, benda-benda tersebut dibeli dan disimpan di musium mini di kawasan Simpang Surabaya Banda Aceh.

“Benda-benda bersejarah ini dikumpulkan secara perlahan selama kurun waktu 30 tahun,” ujar Harun.

Harun yang juga salah satu ketua bidang di Majelis Adat Aceh (MAA) mengungkapkan, para seniman Aceh masa lalu sangat lihai dalam hal merancang, baik keindahan, kerumitan, dan cita rasa yang tinggi yang tercermin dalam barang-barang kerajinan kuno.

Umumnya benda-benda tempo dulu ini mempunyai motif yang beragam, detail, halus pembuatannya, serta sarat dengan makna-makna simbolik dan spiritual. Semuanya menunjukkan masyarakat Aceh sejak lama sudah dikenal sebagai masyarakat yang berperadaban tinggi.

“Saya ingin masyarakat Aceh, terutama kaum muda Aceh, belajar dan menghargai seni dan budaya Aceh melalui benda-benda seni yang teramat indah dan rumit pembuatannya,” ujar Harun.

Sementara Meutia Hatta mengatakan benda bersejarah merupakan indentitas bangsa yang perlu diletarikan dan diselamatkan, sehingga generasi peneruh bangsa bisa mengenal sejarah bangsanya lewat berbagai benda bersejarah yang tersebar di seluruh antero nusantara ini.

“Pelestarian benda-benda bersejarah bukan saja oleh pemerintah juga oleh masyarakat,” ujar Meutia Hatta.(cqi)

(Harian Aceh)

Belum ada komentar

Berita Terkait