Takengon — Pelaku usaha dan petani kopi Gayo di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh akan menggencarkan pemasaran produknya melalui e-commerce (pemasaran melalui elektronik) sehingga makin dikenal di dunia dan pendapatan mereka juga meningkat.

“Para petani, kelompok tani dan pebisnis kopi Gayo akan dilatih melakukan e-commerce,” kata Asisten Deputi Iptek Industri Strategis Kemenristek Kemal Prihatman, di Takengon, Minggu (16/12).

Kemal mengatakan pelatihan tersebut yang akan dilakukan Senin-Selasa (17-18 Desember) merupakan kerja sama Kemenristek, Pemda Aceh Tengah, “Information and Communication Technology Watch”, Universitas Gajah Putih dan PT Telkom.

Dalam pelatihan nanti para petani akan mendapatkan materi pemasaran melalui sosial media, melalui portal e-commerce serta pembuatan blok pemasaran.

Kopi Gayo memiliki rasa yang khas sehingga harga jualnya mahal. Namun promosinya perlu terus ditingkatkan.

Kemal mengatakan untuk tahap awal pelaku usaha yang akan dilatih sekitar 25 orang, namun mereka selanjutnya diharapkan dapat menularkan kepada petani yang lain.

Dengan melakukan pemasaran elektronik, katanya, maka kopi Gayo yang merupakan komoditas utama Kabupaten Aceh Tengah dapat memiliki pangsa pasar yang lebih luas, baik dalam skala lokal, regional maupun internasional.

Namun yang lebih penting, katanya, adalah pendampingan terhadap para petani tersebut. Kemal mengatakan dengan adanya pendampingan maka mereka diharapkan akan dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan.

“Dengan e-commerce diharapkan petani juga dapat mengenalkan dan menjual langsung produknya ke pembeli, sehingga dapat memotong rantai pemasaran,” katanya.

Kemal mengatakan harga produk akhir kopi Gayo berkali-kali lipat saat di tangan konsumen. Ia mengharapkan dengan menguasai e-commerce maka petani dapat mengambil keuntungan yang lebih besar lagi.

Kopi asal dataran tinggi Gayo jenis arabika menjadi salah satu kopi termahal di dunia pada 2011, bahkan mengalahkan produsen terbesar dunia, Brazil.

Sebagai perbandingan, Kopi Brazil atau Kolombia asal Amerika Latin hampir setengah harga dari kopi Gayo.

Sementara itu salah satu Relawan TIK Fajar Eri Dianto yang akan mengisi seminar e-commerce, Senin (17/12) besok di kampus Gajah Putih (UTU) dalam status Twitter-nya juga menyebutkan perlu dukungan dari berbagai pihak agar bisa wujudkan petani informatif yang berwawasan teknologi.

“Para Petani Kopi Gayo TETAP butuh pendampingan dr temen2 komunitas peduli, ujudkan Petani Informatif berwawasan Teknologi,” sebut pemilik akun @fajareridianto. (*/ant)