Jakarta — Saat di Indonesia baru memiliki 0,18 persen enterpreneur atau sekitar 400.000 enterpreneur dari total seluruh penduduk. Idealnya diperlukan 4,4 juta enterpreneur, sehingga masih diperlukan 4 juta lagi enterprenuer jika ingin menjadi bangsa yang sejahtera.

Setiap negara setidaknya memiliki 2 persen enterpreneurship dari total seluruh penduduknya jika ingin sejahtera. Sehingga bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan jumlah pendapatan perkapita.

Demi mendorong hadirnya enterpreneur dibidang teknologi dan inovasi atau technopreneurship, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) mengelar Technopreneurship Boot Camp (pelatih)kepada 70 orang pemuda dan mahasiswa dari 18 provinsi di Indonesia.

Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan para pemuda perlu dibina untuk menjadi enterpreneur terlebih lagi menjadi technopreneur.

Technopreneurship tahun 2012 adalah boot camp (pelatihan) kedua setelah sebelumnya acara pelatihan serupa dilakukan tahun 2011. Peserta pelatihan kali ini merupakan hasil seleksi dari 333 proposal pengaju. Selama 10 hari ke depan peserta dilatih berbagai kegiatan teori dan praktik di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) Serpong.

“Menurut data statistik, negara kita sedang memiliki usia produktif yang tinggi. Jika tidak dimanfaatkan akan rugi. Pemuda-pemuda ini bagus untuk dikembangkan, kalau tidak kita hanya menjadi konsumen teknologi atau bergantung pada negara lain,” katanya di sela pembukaan Technopreneurship Boot Camp 2012 di Jakarta, Senin (9/7).

Dalam pelatihan ini, Kemristek juga bekerja sama dengan Universitas Ciputra Entrepreneurship Center (UCEC) yang banyak memiliki pengalaman dalam pelaksanaan training enterpreneurship di Indonesia.

Pendiri UCEC Ciputra mengungkapkan Indonesia membutuhkan orang-orang kelas dunia. Oleh karena itu, technopreneur dibutuhkan. Para enterprenuer berbasis teknologi ini bukanlah orang-orang peniru konsep orang lain, tetapi harus menemukan temuannya sendiri (inovator).

“Indonesia akan berhasil jika banyak orang-orang yang memiliki jiwa enterpreneur tidak hanya technopreneur, tapi juga artenterpreneur, tradenterpreneur dan preneur-preneur profesional lainnnya,” ungkapnya.

Ia berharap Indonesia bisa mengejar pendapatan perkapita menjadi US$ 10.000/tahun dari US$ 3.600/tahun saat ini. Sebab menurutnya, Singapura sudah memiliki pendapatan perkapita US$ 45.000/tahun, Korea US$ 20.000/tahun dan Jepang US$ 45.000/tahun. (Suara Pembaruan)