Seputaraceh

Ini Dia, Dulmatin Teroris $10 Juta Dolar

Image Inilah
Dulmatin (inilah.com)

Nama Dulmatin dikabarkan tewas dalam sebuah serangan mendadak oleh Densus 88 di sebuah ruko, di Pamulang, Tangerang Selatan. Berikut profil Dulmatin Teroris 10 juta dolar .

Lelaki kelahiran 6 Juni 1970 ini mempunyai banyak nama samaran. Dulmatin pernah memakai nama Amar Usmanan, Joko Pitoyo, Joko Pitono, Abdul Matin, Pitono, Muktarmar, Djoko, dan Noval.

Dulmatin lahir di Desa Petarukan, Kecamatan Petarukan, Pemalang. Usianya 39 tahun dan asli warga Indonesia.

Oleh Kepolisian Indonesia, Dulmatin diduga kuat terlibat kasus Bom Bali pada tahun 2002.

Dulmatin lahir sebagai anak keempat dari lima bersaudara putra pasangan Usman (almarhum) dan Masriyati. Setelah lulus dari SMA pada tahun 1992, dia merantau ke Malaysia.

Tiga tahun kemudian ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai makelar mobil dan bertani.

Kabar hari ini, Selasa (9/3), bahwa Dulmatin tewas, bukan pertama kali. Sebelumnya, Dulmatin dikabarkan telah tewas dalam serangan udara militer Filipina di Pulau Mindanao, Filipina Selatan pada Januari 2005.

Namun ternyata hal tersebut tidak dapat dikonfirmasi. Pihak militer Filipina kembali mengabarkan bahwa Dulmatin telah terluka dalam sebuah baku tembak di Jolo, Filipina Selatan pada 16 Januari 2007.

Pemerintah Amerika Serikat hingga kini masih menyediakan 10 juta dolar AS bagi orang yang dapat memberikan informasi mengenai keberadaan Dulmatin.

Menurut keterangan pemerintah AS dalam pengumuman sayembaranya, Dulmatin adalah ahli elektronik yang pernah berlatih di kamp-kamp Al-Qaidah di Afganistan dan merupakan tokoh senior dalam Jemaah Islamiyah.

Dulmatin berusia akhir 30-an, Jawa-Arab, tinggi 172 cm, berat 70 kg, dengan warna kulit coklat.

Dulmatin alias Joko Pitono, pernah dikabarkan tewas dalam sebuah serangan udara oleh militer Filipina.

Waktu itu, hari Kamis, 27 Januari 2005. Serangan udara yang melibatkan pesawat tempur dan helikopter militer Filipina, menggempur kawasan Maguindanao.

Informasi intelijen Filipina, di situ diduga menjadi tempat persembunyian teroris Dulmatin alias Joko Pitono, warga negara Indonesia yang menjadi tersangka kasus bom Bali 12 Oktober 2002.

Di tempat itu, Dulmatin dan dua warga Indonesia yang diidentifikasikan sebagai Maruan dan Mauyha dikabarkan sedang bertemu dengan para anggota kelompok Abu Sayyaf pimpinan Khaddafy Janjalani.

Dua pesawat tempur menjatuhkan bom-bom seberat 250 pon, sementara dua helikopter menembakkan sejumlah roket ke enam rumah yang dicurigai.

“Ada enam target kami di sana. Semua hancur kena bom,” kata Kolonel Domingo Tutaan, staf Komando Angkatan Bersenjata Wilayah Selatan, seperti dikutip situs Philippine Star.

Blokade di laut juga dilakukan untuk mencegah para tersangka melarikan diri.

Setelah dinyatakan terlibat kasus bom Bali yang menewaskan 202 orang, Dulmatin lolos dari kejaran polisi Indonesia.

Menurut Ali Imron, terpidana seumur hidup pada kasus yang sama, Dulmatin bertugas meracik dan merakit bom berbahan antara lain potasium florat, belerang, dan bubuk aluminium.

Dulmatin dikenal sebagai pria kurus dengan tinggi badan 174 sentimeter. Ia lahir di Desa Petarukan, Pemalang, pada 1970, sebagai anak keempat dari lima bersaudara putra pasangan Usman (almarhum) dan Masriyati, 62 tahun.

Semasa di SMP, Dulmatin tinggal di rumah Haji Sofi, kakeknya, di sebuah perkampungan Arab di Pemalang.

Ia dikenal pintar. Sejak di SD, ia selalu berada di peringkat satu. Di SMP, kata gurunya, Joko Pitono muda selalu mendapat nilai 8,5 untuk pelajaran elektro dan 9 untuk matematika.

Prestasinya itu dilanjutkan hingga SMA. Setamat SMA pada 1992, Dulmatin merantau ke Malaysia. Pada 1995, ia pulang dan bekerja sebagai makelar mobil dan bertani.

Ia juga mengganti namanya menjadi Amar Usman. Nama Usman diambilnya dari nama ayahnya yang telah tiada.

Menurut Letnan Jenderal Alberto Braganza, Komandan Angkatan Bersenjata Filipina Wilayah Selatan, sejumlah pemimpin Abu Sayyaf juga tewas dalam serangan ini, yakni Abu Solaiman dan Isnilon Hapilon serta Abdul Wahid Tondok.

Tentang penggunaan pesawat tempur dan helikopter, militer Filipina menyatakan bahwa lokasi target sulit dimasuki dengan jalan darat.

Braganza mengaku memerintahkan serangan udara setelah pasukan di darat memastikan Tondok dan orang-orangnya berada di wilayah itu. “Angkatan udara menjatuhkan bom ke lokasi sejak pukul 10.00.”

Situs Boston.com memberitakan, pengejaran empat warga Indonesia di kawasan Filipina selatan telah berlangsung sejak pekan lalu.

Mengutip sumber intelijen, situs itu menyebutkan, selain Dulmatin, Umar Patek termasuk dalam kelompok buruan ini. Umar juga merupakan tersangka bom Bali.

Amerika Serikat disebut-sebut terlibat dalam operasi ini, dengan memberikan informasi intelijen kepada pemerintah Filipina.

Sebelumnya, Direktur International Crisis Group Sidney Jones menyatakan, Umar dan Dulmatin juga telah menjadi sasaran serangan udara militer Filipina pada 18 November 2004 di Mindanao Tengah.(*)

(Inilah.com)

Belum ada komentar

Berita Terkait