Salatiga — Jiwa wirausaha (entrepreneur) harus disiapkan sejak berada di bangku kuliah. Sebab jika sudah lulus baru berfikir wirausaha, akan kesulitan baik mental, modal, dan ide kreatif untuk menciptakan peluang.

Hal itu disampaikan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UKSW Dr Lieli Suharti saat berbicara dalam seminar Manajemen di STIE AMA Salatiga, Kamis (28/6). Lieli menjadi pembicara tunggal dalam seminar yang diikuti para mahasiswa itu.

Menurut Lieli, kecenderungan masyarakat Indonesia usai kuliah adalah mencari pekerjaan. Doktrin-doktrin semacam itu selalu terpatri kuat terutama para orang tua mahasiswa yang menginginkan anaknya mendapatkan pekerjaan yang mapan dengan bekal ijazah.

“Karena doktrin semacam ini para mahasiswa cenderung takut untuk memulai wirausaha. Seharusmya mereka tidak usah takut karena mencari pekerjaan yang diinginkan saat ini susah sehingga perlu terobosan usaha sendiri,” katanya.

Lieli menyebut, fakta menunjukkan bahwa penganguran semakin bertambah dari tahun ke tahun. Negara maju memiliki minimal 2 % penduduk yang berwirausaha seperti China 5 %, Singapura (7 %), USA (12 %). Sedangkan Indonesia baru 0,18 % penduduk yang berwirausaha.

“Berwirausaha pemula tidak harus muluk-muluk. Terpenting memiliki sikap kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Sedangkan kunci sukses wirausaha yaitu kepribadian dan sikap mental, kemampuan manajerial, memahami lingkungan,” katanya.

Dikatakan, kewirausahaan tidak dilahirkan tetapi dibentuk dan dapat dipelajari. Para wirausahawan yang paling berhasil sekalipun pada dasarnya adalah manusia dan banyak yang mulai dari nol.

Ketua STIE AMA Pandi Afandi menambahkan, pihaknya sudah mulai mendidik mahasiswa yang memiliki jiwa wirausaha. Mereka disiapkan dengan berbagai materi tambahan perkulihan yang mengarah kepada menciptakan peluang usaha.

“Mahasiswa yang berminta wirausaha akan kami fasilitasi dan akan dibantu. Meski begitu mereka yang kurang berminat, kami tidak memaksa dan fasilitas akademik seperti biasa,” katanya. (Suara Merdeka)