Jakarta — Bank Indonesia menambah jumlah lembar uang yang dicetak setiap tahun berkisar 11 hingga 12 persen seiring dengan pertumbuhan kebutuhan masyarakat.

Kepala Divisi Pengelolaan Data dan Sumber Daya Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia Wijayanti Yuwono di Jakarta, Selasa (20/11) mengatakan Bank Indonesia memiliki regulasi tersendiri untuk menentukan jumlah lembar uang yang akan dicetak berdasarkan perencanaan.

“Berapa banyak yang dicetak tergantung dari ‘outflow’, ‘inflow’ banyaknya uang yang dimusnahkan, dan faktor lain yang menjadi perkembangan makro ekonomi,” katanya.

Analis di Tim Database dan Informasi Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia Aswin Kosatali menambahkan peningkatan pencetakan jumlah lembar uang tersebut juga dipengaruhi adanya pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar uang.

“Setiap tahun kebutuhan uang kartal meningkat dan hal tersebut juga bisa terjadi secara musiman,” kata Aswin.

Ia menjelaskan semakin tinggi inflasi, maka semakin banyak kebutuhan uang dari masyarakat. Begitu juga pada saat Lebaran atau pada saat menjelang Lebaran, Natal, tahun baru, dan tahun ajaran baru kebutuhan uang di masyarakat juga meningkat.

Jumlah uang yang dicetak Bank Indonesia hingga Oktober 2012 sebanyak 3,5 miliar lembar untuk semua pecahan dan jumlah tersebut terus meningkat 11 persen hingga 12 persen setiap tahunnya.

Saat ini jumlah uang yang diedarkan Bank Indonesia sebanyak Rp396,5 triliun. Dari jumlah tersebut 85 persen berada di masyarakat dan 15 persen sisanya ada di perbankan.

Terkait uang palsu, Wijayanti menyebutkan dari Januari-September 2012 ada 10.731 lembar yang nilainya Rp11,8 miliar.

“Dari uang palsu tersebut sebanyak 94 persen untuk pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu. Untuk pecahan Rp100 ribu sebanyak 54 persen sedangkan pecahan Rp50 ribu ada 40 persen. Sementara sisanya pecahan lainnya,” kata Wijayanti. (bd/ant)