Malang — Enam mahasiswa Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang, berhasil menciptakan diabevaksin. Diabevaksin adalah vaksin yang ditujukan untuk menangkal penyakit diabetes sejak dini.

Salah seorang mahasiswa, Makhyan Jiblil Al Farabi, mengatakan, vaksin tersebut digunakan sebagai penangkal penyakit diabetes sejak dini. “Diabevaksi bisa disuntikkan pada anak berusia antara 6-10 tahun. Usia itu paling ideal untuk kekebalan tubuh, karena sistem imunitas tubuh telah berkembang. Sehingga, anak yang mendapat vaksinasi akan terlindungi seumur hidup,” urai Makhyan, Jumat (13/7).

Dengan demikian, sambung dia, vaksin itu memberi kekebalan pada tubuh seorang anak sejak dini dari bahaya serangan penyakit diabetes. Seseorang yang sudah disuntik vaksin itu, tidak perlu khawatir terkena serangan penyakit yang juga dikenal sebagai penyakit gula tersebut.

“Vaksinasi akan memperkuat antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuh seseorang, dan menekan kematian akibat serangan penyakit diabetes,” ujar Makhyan.

Selain bisa menjaga tubuh seseorang dari serangan penyakit diabetes, vaksin ini juga memiliki khasiat memulihkan pangkreas yang rusak. Terutama, kerusakan pangkreas dari seorang penderita diabetes. “Vaksin ini juga akan dikembangkan dengan ekstrak jarum tiram yang berkhasiat untuk memulihkan pangkreas yang rusak dari penderita diabetes,” papar Makhyan.

Diabevaksin atau vaksin untuk penangkal penyakit diabetes ini hasil penelitian Makhyan dan lima orang rekannya lainnya. Vaksin ini diciptakan bersama Agustin Capriati, Laili Fitri Ni’amita, Annisa Maulidia Mahdi, Sri Ratna Widyati dan Fetero Negeo.

Penelitian itu telah diujicobakan di laboratorium terhadap tikus. Penelitian itu juga mereka bawa dalam Pekan Ilmiah Nasional ke 25 di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta beberapa saat lalu. Hasilnya, mereka diganjar medali emas atas hasil penelitiannya.

Kini, mereka tengah mengajukan hak paten atas vaksin temuannya. vaksin berbahan AGE BSA protein terglikasi KLH, yakni bahan diambil dari moluska ini, tengah dilakukan penelitian terhadap kultur manusia. Selanjutnya, akan diproduksi secara masal bekerjasama dengan perusahaan farmasi.

“Kemungkinan dipasarkan Bio Farma pada 2018 hingga 2020 mendatang,” pungkas Makhyan.

Analisis Kementerian Kesehatan pada 2020 nanti, jumlah penderita diabetes mencapai 7 juta jiwa. Penyebabnya, pola makan yang salah serta kurang olahraga. Sedangkan masyarakat Indonesia cenderung mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat jumlah besar dan minum dengan kandungan gula tinggi. Zat yang terkandung dalam gula dan bahan pangan itulah penyebab diabetes. (Surabaya Post)