Warga sedang menyantap kuah beulangong di bawah museum Rumoh Aceh (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Warga sedang menyantap kuah beulangong di bawah museum Rumoh Aceh (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)

Museum Aceh saat pameran De Koloniale Tentoonsteling, Semarang (Koleksi Tropenmuseum)SALAH satu bangunan bersejarah yang selamat dari terjangan gelombang tsunami, 26 Desember 2004 silam di Banda Aceh Aceh adalah Rumoh Aceh atau sering disebut dengan Museum Aceh.

Museum Aceh yang berdiri pada hari Sabtu, 31 Juli 1915 ini terletak di sebelah timur Blang Padang atau berhadapan langsung depan Pendopo Gubernur Aceh.

Cikal bakal Museum Aceh adalah bagian dari modifikasi bangunan Rumoh Aceh yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Aceh sebagai paviliun Aceh dalam sebuah pameran kolonial Hindia Belanda (De Koloniale Tentoonsteling) di Semarang pada tanggal 13 Agustus – 15 November 1914.

Dalam pameran tersebut, paviliun Aceh berhasil mendapatkan juara terbaik dengan 4 mendali emas, 11 perak dan 3 perunggu. Sehingga Rumoh Aceh tersebut dibawa pulang oleh F.W. Stammeshaus untuk dijadikan sebagai Museum Aceh.

Pada tahun 1969 atas prakarsa T. Hamzah Bendahara, Museum Aceh dipindahkan dari tempatnya yang lama (Blang Padang) ke tempatnya yang sekarang ini, yakni di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah, pada tanah seluas 10.800 m2. Sejak 28 Mei 1979 statusnya diubah menjadi Museum Negeri Aceh. Peresmiannya baru dapat dilaksanakan setahun kemudian atau tepatnya pada tanggal 1 September 1980 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Yoesoef.

Sesuai dengan UU No.11 tahun 2006 maka Museum Aceh menjadi nomenklatur dengan status Unit Pelaksana Teknis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh dari tahun 2010 hingga sekarang.

Perayaan 100 Tahun Museum Aceh

Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh menggelar peringatan seabad Museum Aceh, lewat pameran koleksi langka serta dokumen-dokumen sejarah yang bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh serta sejumlah museum yang ada di Indonesia, selama enam hari, mulai 30 Juli hingga 4 Agustus yang dipusatkan di Museum Aceh.

Kadisbudpar Aceh, Reza Pahlevi menyebutkan, peringatan 100 tahun Musuem Aceh ini digelar selain untuk mempromosikan sejarah Aceh, juga untuk menumbuhkan kecintaan sekaligus merangsang masyarakat agar suka berkunjung ke museum.

“Karena museum merupakan pusat ilmu pengetahuan,” ujar di komplek Museum Aceh, Rabu (29/7/2015).

Menurutnya pameran dalam rangka memperingati seabad Museum Aceh ini sengaja mengajak museum-museum lain, agar bisa menampilkan koleksi lebih banyak sehingga bisa menarik banyak orang berkunjung ke museum.

“Targetnya adalah kita ingin mengedukasi masyarakat dengan menampilkan berbagai koleksi-koleksi bersejarah,” lanjut Reza Pahlevi.

Selain pameran, dalam peringatan 100 tahun Museum Aceh ini juga menghadirkan bazar, pemutaran film dokumenter, dan juga lomba bercerita untuk anak-anak sekolah dasar. Bagi Anda yang ingin mengetahui lebih lanjut seputar kegiatan yang dipusatkan di Museum Aceh ini bisa menghubungi Seri Wedari (085275822088) dan Nurhawani (0852600083272).[]

100 tahun Museum Aceh