Sigli, Seputar Aceh – Hujan yang mengguyur Kota Sigli dalam beberapa hari ini membuat petani garam Pidie merugi. Hasilnya produksi garam menurun drastis, bahkan di atara petani terpaksa menutup sementara usaha garamnya.

Menurut sejumlah petani garam di Gampong Sukon, Simpang Tiga dan Gampong Rawa, Kecamatan Pidie, lahan tempat mengolah garam terendam, sehingg mereka tidak bisa bekerja. Selain itu kayu bakar untuk memasak garam juga sulit diperoleh dan harganya pun mahal.

Amatan Seputar Aceh, di dua lokasi sentral produksi garam di Pidie, minim aktivitas. Hanya sebagian pondok produksi yang beraktifitas, sementara seratusan lainya tutup, menunggu cuaca membaik.

“Kami tidak bisa mengolah garam, karena lahan tergenang air, bahkan kayu akar untuk memasak garam juga sulit diperoleh,” kata M. Ali petani garam Gampong Rawa, Minggu (27/12).

Kata dia, untuk sementara pihaknya terpaksa menunda mengolah garam, karena selain lahan masih lembab bekas genangan air, kemungkinan bisa bekerja lagi pada pertengahan Januari nanti.

Sementara itu harga garam beryodium ditingkat penampungan Rp2.000/Kg, sedangkan harga eceran mencapai Rp2.500-3.000/Kg. Untuk konsumsi garam,  masyarakat lebih memilih garam kemasan yang harganya bisa mencapai Rp5.000/Kg. [sa-amr]