Arkeolog Deddy Satria melakukan teknik rubbing pada Batu Nisan (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)

PUSAT Informasi Warisan Budaya Samudra Pasai atau sering disebut CISAH (Central Information for Samudra Pasai Heritage) beberapa waktu lalu sempat melakukan pengamatan di beberapa titik di Kota Banda Aceh menyangkut peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam.

Tim CISAH melakukan pengamatan di beberapa tempat kawasan kota Banda Aceh peninggalan sejarah Aceh Darussalam, Minggu (29/5/2014) lalu.

“Dengan sejumlah besar tinggalan sejarah penting yang berada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Pemerintah terkesan tidak pernah bekerja serius untuk merawat warisan itu supaya kemudian dapat sampai ke generasi berikutnya—suatu fenomena yang amat bertolak belakang dengan orasi-orasi bernada antusias untuk menjaga warisan bangsa yang disampaikan para pejabat pemerintahan,” begitulah ujar Taqiyuddin Muhammad seperti dilansir misykah.com.

Dari penelusuran tim CISAH, ada sebahagian di wilayah sisi sebelah Krueng Aceh seperti Gampong Pango dan Ilie Kecamatan Ulee Kareng, terdapat situs kompleks makam tinggalan kerajaan Aceh Darussalam abad ke-16 M. Sayangnya, beberapa temuan batu nisan makam tersebut seperti terbiarkan begitu saja tanpa ada kepedulian dari pemerintah setempat.

“Kenyataan ini kerap memaksa kita untuk mempertanyakan dimana sesungguhnya peran dan tanggung jawab Pemerintah baik dalam melestarikan tinggalan sejarah maupun dalam sosialisasi arti pentingnya kepada masyarakat,” sebut Taqiyuddin.

Akankah nasib makam-makam pembesar Kerajaan Aceh Darussalam yang ada di beberapa titik tersebut akan hilang begitu saja, semoga saja keterlibatan masyarakat dan pemerintah setempat bisa menyelamatkan aset sejarah bangsa ini. Semoga! (*/mhd)