Barack Obama akhirnya kembali terpilih untuk melanjutkan tugasnya sebagai presiden Amerika Serikat (AS).

Barry Obama yang merupakan presiden AS kulit hitam pertama sepanjang sejarah akan kembali menjabat hingga tahun 2016 mendatang. Kemenangannya di Ohio memberikannya 284 electoral college vote, dari 270 yang merupakan batas kemenangan kandidat. Sementara Romney hanya memperoleh 203 electoral college vote, Selasa (06/11).

Obama akan menghadapi perpecahan dukungan di Kongres, di mana Partai Republik saat ini merupakan mayoritas. Sementara itu Demokrat masih memegang kunci di Senat. Permasalahan yang harus dihadapi oleh Obama di termin keduanya juga termasuk krisis fiskal yang menghantui di mana pemotongan anggaran dan peningkatan pajak akan secara otomatis diberlakukan kecuali ada kompromi tercapai.

Mitt Romney yang merupakan pesaing Obama dari Partai Republik menyatakan bahwa Amerika Serikat saat ini sedang menghadapi tantangan dan mendoakan agar Obama dapat berhasil mengawal AS keluar dari masa-masa penuh tantangan ini. Romney juga memperingatkan akan bahayanya perpecahan partisan.

Obama memenangkan pemilihan di Ohio, Virginia, Iowa, New Hampshire, Wisconsin, Nevada dan Colorado. Sementara Romney hanya memenangkan pemilihan di North Carolina. Di beberapa tempat seperti Florida, penghitungan suara masih dilakukan.

Obama memenangkan Michigan di mana ayah Romney pernah menjabat sebagai gubnernur. Di negara bagian ini Obama memang memiliki basis dukungan kuat dari industri otomotif yang diselamatkan dalam masa kepemimpinannya. Bahkan Obama berhasil memenangkan hati Massachusetts, tempat Romney pernah menabat sebagai gubernur. Tidak tanggung-tanggung ia juga memenangkan Wisconsin yang merupakan kampung halaman Paul Ryan, calon VP dari Partai Republik.

Ekonomi Menjadi Isu Sentral Kampanye

Kampanye sengit antara Romney dan Obama telah berakhir dengan kemenangan Obama. Kegagalan Romney tampaknya disebabkan oleh isu-isu ekonomi yang diangkatnya, ternyata tidak terbukti.

Romney dalam kampanyenya selalu mengangkat isu atas kegagalan Obama mengatasi angka pengangguran yang tinggi di AS. Tingginya angka pengangguran ini menjadi fokus dari kampanye Romney. Tingkat pengangguran di bawah pemerintahan Obama memang berada di atas level 8% untuk 43 bulan, periode keterpurukan terpanjang sejak awal mula pengumpulan data tingkat pengangguran di tahun 1948.

Akan tetapi seiring dengan membaiknya ekonomi yang tampak di sepanjang periode kampanye, kondisi ini melemahkan isu sentral yang diangkat oleh tim kampanye Romney. Beberapa minggu menjelang pemilu data klaim pengangguran mengalami penurunan gradual. Sementara itu tingkat pengangguran di bulan September dan Oktober turun menjadi 7.8% dan 7.9%.

Tingkat pengangguran di bulan Oktober yang berada di level 7.9% merupakan penurunan sebesar 1% dibandingkan Oktober 2011 lalu. Ini menggambarkan perbaikan tahunan angka pengangguran terbesar di sepanjang sejarah AS sejak 1948, tahun pemilihan ulang Presiden Ronald Reagan, di mana tingkat pengangguran selama 12 bulan turun 1.4%. (vibiznews.com)