Jakarta — Pimpinan Pondok Pesantren Lembah Arafah, KH Anwar Sanusi, menyambut baik sikap seorang ayah dari seorang pemuda Saudi yang dibunuh dan mau memaafkan si pelaku pembunuhan jika orang tersebut berhasil menghapal Alquran.

“Menuntut keadilan memang dibenarkan dalam Alquran, namun memaafkan seseorang jauh lebih mulia, ketimbang menuntut keadilan. Karena itu sikap seorang ayah tersebut, layak diapresiasi, dan layak untuk diacungi jempol,” katanya mengomentari pemberitaan di Al Arabiya, Ahad (14/10), yang melansir adanya seorang ayah yang memaafkan seorang pembunuh anaknya.

Rabi’a Al Dousary ayah dari pemuda bernama Abdullah, berjanji akan memaafkan pelaku pembunuhan, Faisal Al Ameri, jika dia berhasil menghapal Alquran sebelum meninggalkan penjara, lapor koran Al Yaum. Ameri divonis hukuman mati karena membunuh Abdullah Al Dousary saat terjadi pertengkaran di lingkungan tempat tinggal mereka.

Pihak berwenang di Provinsi Tmur membujuk Rabia’a Al Dousary agar memaafkan dan mengampuni Ameri. Ayah Abdullah tersebut, yang menolak menerima uang darah sebagai pengganti nyawa anaknya, memilih untuk memberikan pelajaran yang jauh lebih berarti kepada Ameri. Pemuda pembunuh putranya disuruh menghapal Alquran jika ingin bebas dari hukuman mati, sebelum dikeluarkan dari penjara.

Menurut Anwar Sanusi tuntutan untuk menerima uang darah atau tidak memaafkan sekalipun dalam Islam dibolehkan terhadap pembunuh. Namun Islam menempatkan kata maaf sebagai ukuran kemuliaan seseorang.

“Di sinilah saya melihat orang itu sangat mulia. Mereka menolak uang tebusan, dan yang mereka minta hanyalah orang yang membunuh anaknya bisa menghafal Alquran. Ini sangat bagus sekali,” ujarnya.

Anwar Sanusi menambahkan, seseorang yang sudah menghafal Alquran, kemudian mengamalkan, tentunya dia akan menjadi orang yang benar. Sebab, Islam melarang orang untuk membunuh sesama manusia tanpa alasan pembenar. Di sinilah saya melihat adanya kebijakan yang sangat luar biasa dari orang tua tersebut. (harianterbit.com)