Banda Aceh – Kepala Bidang Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Ramlan menyampaikan, produksi padi Aceh per Januari hingga April 2011 mencapai 926.852 ton gabah kering giling (GKG) atau naik sebesar 8,14% dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun 2010 sebesar 739.000 ton GKG.

“Kenaikan produksi selain disebabkan pertambahan luas areal panen, juga disebabkan kenaikan produktivitas rata-rata per hektare,” kata Ramlan di ruang kerjanya, Jumat (1/7).

Ia mengatakan, jika tahun 2010 periode yang sama luas panen hanya berkisar 166.000 hektare, di tahun 2011 meningkat menjadi seluas 192.000 hektare atau naik 17,02%.

“Apabila didukung iklim yang stabil dan curah hujan yang cukup, akhir Desember 2011 diperkirakan akan terealisasi panen padi sawah seluas 367.000 hektare lebih,” katanya.

Sementara itu BPS Aceh menyatakan dua kota di Aceh yaitu Banda Aceh dan Lhokseumawe pada bulan Juni 2011 mengalami inflasi. Banda Aceh terjadi inflasi sebesar 0,47% dan Lhokseumawe 0,95%.

Inflasi di dua kota itu karena ada kenaikan harga kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 0,77%, seperti beras dan bahan bakar rumah tangga.

Dengan terjadinya inflasi itu, laju inflasi bulan Juni 2010 untuk Banda Aceh sebesar 0,11% dan Lhokseumawe 0,16%, sedangkan Propinsi Aceh 0,13%.

Sedangkan Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh terhadap kemampuan beli berbagai kebutuhan dengan hasil yang diproduksi bulan Juni 2011 mengalami penurunan sebesar 103,97 jika dibandingkan dengan indeks NTP Mei 2011.

Dari lima subsektor, terdapat dua subsektor turun yakni tanaman pangan sebesar 0,15% dan hortikultura 0,99%. Sedangkan tiga subsektor mengalami kenaikan yaitu tanaman perkebunan rakyat 0,98%, peternakan 0,16% dan perikanan 0,04%.

BPS Aceh juga merilis, nilai ekspor Aceh pada posisi April 2011 turun sebesar 61,39% dari US$ 217,38 juta menjadi US$ 83 juta.

“Penurunan ini terjadi karena dipengaruhi turunnya ekspor komoditi migas ke negara Korea Selatan,” ungkap Ramlan.[*/mbd]