PERNAH mendengar Earth Hour alias pemadaman listrik selama satu jam? Mungkin itulah yang saat ini menghiasi berbagai jejaring sosial di dunia maya. Pastinya aksi ini memang bukan di dunia daring, melainkan juga langsung di dunia nyata.

Kampanye program hemat energi yang digagas oleh organisasi dunia WWF tersebut yang untuk negara Indonesia jatuh pada hari Sabtu, 23 Maret pukul 21.00 – 22.00 (waktu setempat).

Dalam siaran pers WWF Indonesia, Sabtu (23/3), menyebutkan setidaknya ada 30 kota di Indonesia yang terpantau dan tercatat berkomitmen untuk menerapkan gaya hidup hijau dalam rangka mengurangi laju perubahan iklim yang dampaknya sudah secara nyata dirasakan.

“Berkembangnya partisipasi kota-kota di Indonesia tersebut tidak terlepas dari giatnya komunitas-komunitas masyarakat di lingkup lingkungan, bakat, dan hobi yang berkolaborasi dalam Komunitas Earth Hour Indonesia. Mereka secara partisipatif menularkan energi positif kepada jejaringnya di kota lain, kalangan bisnis, maupun pemerintahan,” jelasnya.

Uniknya dari kampanye hemat energi yang saban tahun diadakan, sejak 2007 di Indonesia banyak beredar informasi atau sekedar selentingan yang mengaitkan dengan PT PLN. Apalagi jika melihat provinsi paling ujung dari Indonesia, Aceh yang kerap menjadi provinsi “Earth Hour” versi PLN.

Lalu apa benar ketimpangan program Earth Hour dan PLN itu sealur? Jika mau menelisik sebenarnya tidak ada hubungan antara penyedia listrik negara ini dengan EH. Toh, buktinya pemadaman listrik dari PLN itu sering mendadak dan tidak perlu kampanye lagi, paling-paling hanya informasi di koran-koran atau media lokal jika ada.

Namun beda halnya dengan kampanye Earth Hour yang hanya jatuh setahun sekali. Apalagi jika dilihat  secara khusus WWF-Indonesia dan Earth Hour Indonesia memfokuskan pesan-pesan seputar hemat energi, penggunaan transportasi publik, aktivasi taman kota, dan mengurangi sampah khususnya plastik, kertas, dan tisu. Jadi, kelihatan sekali disini ranah PLN yang identik dengan listrik hanya merupakan sub bagian dari kampanye EH tersebut.

Walaupun begitu, PLN memang menjadi salah satu partner yang mendukung program dari WWF tersebut. Namun, jika di Aceh sendiri sering dikaitkan EH itu cuma keu gura-gura (main-main) saja sepertinya kesan salah kaprah yang instan mulai tercemar seiring majunya teknologi oleh netizen Aceh pada khususnya.

Intinya adalah seperti yang ditulis di halaman EH Indonesia, “bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di EARTH HOUR saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti: menggunakan kendaraan umum atau bersepeda untuk bepergian, hemat air, menanam pohon, dan lain-lain.”

Kalau saja PLN memadamkan listrik berjam-jam dan berhari-hari di Aceh, berarti terima saja nasib itu tanpa harus protes sana sini apalagi harus berkoar-koar sampai sakit jemari tangan untuk update status di jejaring sosial. Begitu juga dengan program EH ini, bukan paksaan apalagi penindasan. Nikmati saja jika berminat, atau tidak ikut sama sekali, selesai. Selamat Earth Hour di Aceh![]