Sigli – Dari 92 ribu hektar luas lahan pertanian di Pidie, sejumlah 63 ribu hektar di antaranya masih telantar. Hal itu diakibatkan tidak tersedianya sumber air yang cukup, terutama di Kecamatan Muara Tiga, Padang Tiji, Batee dan sejumlah kawasan di Kecamatan Sakti.

Dinas Pertanian dan Peternakan Pidie sudah menempuh sejumlah upaya, di antaranya dengan melakukan sistim pompanisasi terhadap areal, terutama persawahan yang tidak memiliki sumber air. Sistemnya dengan pinjam pakai pompa air kepada para petani.

“Lahan telantar tersebut sama sekali tidak memiliki sumber air, sehingga tidak memungkinkan untuk digarap, meski terkadang ada yang diupayakan dengan tadah hujan, itu pun hanya bersifat sementara,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Pidie, M. Nasir, kepada Harian Aceh, Rabu (24/3/2010).

M. Nasir menjelaskan, upaya pengairan di areal tersebut sulit dilakukan karena hampir sebagian besar juga dengan sumber air, bahkan sulit dilakukan upaya pompanisasi. Satu–satunya upaya adalah membangun jaringan pengairan di areal tersebut.

M. Nasir menyebutkan, khusus areal persawahan yang telantar, umumnya telah berlangsung puluhan tahun, bahkan seperti di Gampong Lam Ujoeng, Kecamatan Sakti, terdapat kurang lebih 700 hektar areal persawahan yang terlantar akibat tidak memiliki sumber air.

Dikatakan, ada sejumlah areal persawahan yang tidak memiliki jaringan irigasi, tapi dekat dengan sumber air dilakukan sistim pompanisasi, itu pun dilakukan hanya pada saat musim tanam tahunan (rendengan). ”Inilah sejumlah upaya yang kita lakukan agar lahan terlantar, khususnya areal persawahan dapat dimanfaatkan petani,” jelasnya.

Sementara di Pidie, terdapat sekitar 29.222 hektar areal persawahan produktif yang kini sedang ditanami dan sebagian sudah masuk masa panen. Sedangkan setiap tahun Pidie menghasilkan 240.000 Ton gabah.(*/ha/zuk)