Sydney — Sydney yang merupakan ibukota negara Australia menempati urutan kedua kota paling mahal di dunia untuk tinggal dan untuk melakukan bisnis, menurut sebuah survey yang mengukur peluang ekonomi di 27 kota.

Laporan PricewaterhouseCoopers yang berjudul “Cities of Opportunity” menempatkan Sydney di urutan ke-11 secara keseluruhan, dengan nilai sustainability dan layak huni yang tinggi.

Sydney dinyatakan sebagai kota paling mahal kedua, setelah Tokyo. Di bidang transport dan infrastruktur, Sydney hanya menang dari Los Angeles, Johannesburg dan Sao Paolo, seperti yang dikutip dari laman ABC Australia, Minggu (14/10).

Ketua Kamar Dagang Sydney, Patricia Forsythe, mengatakan, Sydney kecewa oleh kurangnya investasi dalam infrastruktur selama 10 tahun terakhir.

“Sydney adalah kota yang luar biasa, tapi harus dicatat bahwa tahun ini kita merosot dari urutan keenam dalam survey ini ke urutan ke-11,” katanya.

“Dan jelas bahwa kita merosot karena masalah seputar transport dan harga rumah dan biaya berbicnis di CBD (Central Business District).

Namun dikatakannya, berita ini tidak sama sekali buruk. “Sydney adalah kota yang mahal dalam hal biaya untuk bisnis dan harga rumah,” jelasnya.

Forsythe menjelaskan, berita baiknya dari bisnis ini adalah bahwa pemerintah kini berfokus pada sebuah review tentang sistem perencanaan.[]