Banda Aceh – Warga Buloh Seuma, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, terancam lapar karena perairan laut yang sering digunakan sebagai transportasi untuk membeli kebutuhan pokok warga di sana ke ibukota kecamatan, Trumon, sedang dilanda badai.

“Sudah hampir tiga minggu berbagai kebutuhan pokok seperti beras dan gula sangat sulit diperoleh di Buloh Seuma. Dan jika ada, harganya pun sangat mahal,” kata Zulhadi, Kepala SMP 2 Trumon di Buloh Seuma, Jumat (16/7/2010).

Ia mengatakan kelangkaan kebutuhan pokok di Buloh Seuma, selain disebabkan oleh tingginya gelombang di laut dalam tiga minggu terakhir, juga disebabkan oleh mulai dangkalnya Kuala Buloh Seuma yang digunakan masyarakat untuk melaut dan ke kecamatan untuk membeli kebutuhan pokok.

“Kami terpaksa mengangkut kebutuhan pokok dengan kendaraan roda menelurusi bibir pantai yang ditempuh selama satu setengah jam. Itupun jika tidak terjadi hujan dan badai dilaut. Sebab jika terjadi badai bibir pantai itu sulit dilewati,” katanya.

Kata Zulhadi, jika melalui roda dua kebutuhan pokok yang diangkut pun sangat terbatas, beda dengan mengunakan boat yang bisa mengangkut hingga 20 sak beras dan gula.

“Jika dengan roda dua hanya satu sak yang bisa diangkut dan sesampai di Buloh Seuma pun langsung dibagi-bagikan pada warga dengan jatah satu liter per keluarga untuk bisa bertahan,” katanya.

Untuk itu, ia meminta Pemerintah Aceh maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Selatan segera merealisasi pembangunan jalan Trumon Buloh Seuma sepanjang 30 kilmeter yang saat ini baru setengah jalan yang dibangun yang masih sulit dilewati.

“Segera realisasi pembangunan jalan itu. Jangan ada warga yang mati dulu akibat kelaparan, baru jalan itu cepat-cepat di selesaikan,” katanya.

Sementara itu, Juru Bicara Kaukus Pantai Barat Selatan (KPBS) Aceh, TAF Haikal mengatakan pemerintah terutama Pemkab Aceh Selatan kurang merespon terhadap kehidupan masyarakat di Buloh Seuma, sebab hal seperti ini terjadi setiap tahun.

“Ini bukan hal baru, sudah berulang-ulang kali setiap tiba musim badai, tapi pemerintah setempat seakan-akan tidak peduli terhadap mereka,” katanya.

Semetinya, kata dia, pemerintah setempat sudah mempunyai solusi untuk mengatasi ini. Apakah dengan subsidi anggaran untuk mengangkut kebutuhan pokok ke sana atau bisa saja dengan penyediaan atau stok kebutuhan pokok jauh hari sebelum tiba musim badai.

“Ini tidak dipikirkan pemerintahan di sana, mulai dari kepada desa, camat hingga bupati. Apa masyarakat di sana bukan warga Aceh atau tidak punya pemerintah sehingga mereka tidak pernah diperhatikan. Jangan tanah saja dipikir tetapi masyarakatnya juga diperhatikan,” kata Haikal.(*/ha/ bay)