Muslim Rohingya (Foto dw.de)Banda Aceh — Sebanyak 76 orang warga etnis Rohingya, Myanmar terdampar di Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Minggu (7/4) setelah boat berbadan besar yang mereka tumpangi rusak dan kehabisan bahan bakar.

Kondisi manusia perahu yang terdiri dari pemuda, remaja, anak-anak, kaum perempuan dan orang dewasa saat ditarik ke daratan pulau Aceh itu dalam kondisi memprihatinkan. Banyak dari mereka yang lemas bahkan tidak sedikit yang menderika sakit setelah lama berada di laut lepas.

Kapolres Aceh Besar AKBP Djajuli, mengatakan, sebanyak 76 warga etnis Rohingya ini terdiri dari lima anak-anak, lima wanita dan 66 lelaki dewasa. “Mereka berangkat dari Miyanmar menuju Australia untuk mencari suaka politik,” kata kepada wartawan, Senin (8/4).

Berdasarkan pengakuan mereka, boat yang mereka tumpangi kehabisan bahan bakar sehingga mereka mencari pulau terdekat. Kebetulan mereka pas di Aceh kemudian merapat ke Pulo Aceh.

Setiba di Pulo Aceh mereka ditampung di Mapolsek setempat dan pada Senin (8/4) dievakuasi dari Pulo Aceh menuju Banda Aceh menggunakan boat nelayan yang dikawal kapal patroli Pol Air. Setiba di Lampulo sekitar pukul 10.20 WIB, mereka langsung dievakuasi ke dalam dua bus kemudian dibawa ke Krueng Raya, Aceh Besar, lokasi tempat penampungan dan lokasi juga lebar.

Kapolres Aceh Besar mengatakan, untuk sementara mereka ditampung di Krueng Raya sambil menunggu penanganan lebih lanjut dari International Organization for Migration (IOM) maupun United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR), badan PBB yang menangani bencana.

“Saat ditemukan nelayan, mereka menggunakan kapal kayu. Sebenarnya kapal itu tidak layak untuk mereka tumpangi,” katanya. (Suara Pembaruan)