Lhokseumawe – Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe, Tgk H Muhammad Syahrial Lc MA mengingatkan umat muslim di Aceh untuk mewaspadai usaha-usaha penistaan sirah (kisah hidup) Nabi Muhammad saw yang disinyalir semakin meluas.

“Sirah tidak sama dengan sejarah (tarikh). Sirah Nabi saw biasanya disandarkan pada berbagai hadis yang shahih, mencakup seluruh kabar tentang Nabi saw dari sejak kelahirannya sampai wafatnya. Tapi yang berkembangkan sekarang di tengah masyarakat kita, sejarah hidup Nabi saw banyak yang tidak berdasar, sehingga tidak bisa kita jadikan sebagai pedoman karena sumbernya tidak jelas,” kata Tgk Syahrial LC.

Ia mengatakan itu saat tampil sebagai pembicara pada seminar sehari tentang “Sejarah Hidup Nabi Muhammad saw Antara Penistaan dan Pengabaian”. Seminar tersebut dilaksanakan oleh pihak Universitas Serambi Mekkah di Lhokseumawe, Sabtu (22/5). Selain Tgk Syahrial,  pemateri lainnya adalah Tgk  Muhammad Yusuf A Samad SPdI MM, dai muda yang juga anggota DPRK Lhokseumawe.

Tgk Yusuf Samad mengajak umat Islam di Aceh untuk menolak persepsi ekonomi yang dikembangkan oleh kaum Yahudi dan Komunis. “Dunia saat ini terbelenggu oleh dua persepsi ekonomi. Pertama, ekonomi riba yang merupakan konsep Yahudi atau dikembangkan oleh para neoliberal. Kedua, ekonomi judi yang dikembangkan oleh Cina. Ironisnya, hampir tidak ada pendakwah Islam di Aceh yang mengajak masyarakat kita untuk menolak persepsi ekonomi tersebut,” katanya.

Pada bagian lain, Yusuf Samad juga mengingatkan bahwa jika penerapan syariat Islam tidak dikelola oleh negara maka potensi timbulnya aliran sesat di tengah masyarakat sangat besar. Selain itu, kata dia, penting bagi umat muslim untuk mempelajari sirah Nabawiah untuk mendapatkan sejarah Islam yang utuh, serta mengetahui bagaimana tipe manusia ideal yang paling layak dicontohkan dalam semua sisi kehidupan yaitu Nabi Muhammad saw.

Danramil Muara Dua Lhokseumawe Kapten Didik yang hadir dalam seminar tersebut, dalam kapasitasnya sebagai seorang muslim, berharap agar instansi terkait seperti MPU segera mengambil langkah konkrit untuk mencegah meluasnya upaya penistaan sirah Nabi saw oleh pihak tertentu.

“Jadi jangan hanya sebatas diseminarkan saja, tapi sebaiknya ada solusi yang harus ditindak lanjuti. Misalnya, bagaimana meluruskan sirah Nabi saw supaya masyarakat muslim mengetahui yang benar, sehingga tidak terjadi penistaan dan pengabaian,” kata Didik pada sesi diskusi.

Pendapat tersebut diperkuat oleh moderator seminar itu, Tgk H Taqiyuddin Muhammad Lc yang merupakan peneliti sejarah dan kebudayaan Islam di Aceh. Taqiyuddin menghimbau semua pihak  untuk terus termotivasi menggali kebenaran sirah Nabi Muhammad saw. “Kita jangan sampai kehilangan Nabi saw, beliau harus selalu menjadi panutan kita,” katanya.

Sebelumnya, ketua panitia seminar itu, Jalaluddin SKM MKes dalam sambutannya berharap agar ulama di Aceh berupaya lebih giat memperjelas sejarah hidup Nabi saw yang shahih, baik lewat tulisan maupun mimbar dakwah. “Ulama perlu mengambil langkah tegas untuk membersihkan sejarah hidup Rasulullah saw dari berbagai tuduhan  musuh Islam, dan juga dari berbagai cerita takhayul atau kisah yang keliru,” katanya.

Jalaluddin juga berharap agar lembaga pendidikan di Aceh memberi perhatian yang proporsional terhadap sejarah Nabi Muhammad saw. Misalnya, melalui kurikulum pelajaran kepada anak didik maupun dengan cara penyediaan bahan bacaan untuk generasi muda dan masyarakat luas.(*/ha/nsy)