Banyak jalan menuju Roma. Begitu juga dengan banyak cara remaja di lingkungan konservatif yang membatasi kontak pria dan wanita bisa berinteraksi bebas. Di Arab Saudi situs jejaring sosial bisa menerobos aturan itu.

Eman Al Nafjan, blogger perempuan dan dosen yang tinggal di Riyadh mengatakan beberapa tahun lalu seorang pria muda yang kesepian harus mengejar perempuan Saudi, kebanyakan menggunakan jilbab hitam panjang sampai kaki (sering disebut abayas) sambil terus berharap mendapatkan nomor telepon mereka.

“Adanya aturan yang sangat ketat antar gender, sehingga pria menjadi sangat putus asa,” kata Eman Al Nafjan. “Namun, keadaan ini mulai menurun sejak ada internet. Mereka tidak terlalu putus asa karena ada cara lain untuk berhubungan.”

Berdasarkan data Arab Media Outlook yang merupakan penelitian hasil kerja sama Dubai Press Club dan Nielsen Media Research terungkap bahwa 70% pengguna internet di negara kerajaan itu mengunakan situs jejaring sosial. Sementara Facebook menjadi situs paling populer.

Facebook meluncurkan versi Arab pada Maret 2009. Pihak Facebook tidak memberikan detail penggunanya di Arab Saudi, namun versi Arab terbukti populer di kalangan pengguna.

“Kami melihat jumlah yang sangat menakjubkan dari pengguna yang ikut berkontribusi dalam menerjemahkan situs ke bahasa dari kanan ke kiri (Yahudi dan Arab). Semakin banyak masyarakat di dataran Timur Tengah menggunakan Facebook untuk berbagi pada orang yang mereka kenal,” kata juru bicara Facebook.

Naila Hamdy, ahli media dari American University di Cairo mengatakan bahwa internet di seluruh dunia Arab mempercepat perubahan norma sosial dengan memudahkan orang saling terhubung. “Ini alat yang secara menakjubkan mampu mendekatkan berbagai pihak,” kata Hamdy.

“Di lingkungan yang lebih konservatif, di mana Anda tidak dapat pergi ke mall dan tidak dapat bergaul secara bebas antara wanita dan pria, maka hal itu bisa terjadi melalui platform misalnya Facebook.”

Situs jejaring sosial berkembang sangat cepat di Arab Saudi karena letak demografi negara itu. Berdasarkan data Arab Media Outlook mayoritas populasi berusia 25 tahun. Sedangkan penetrasi broadband di seluruh negara menjangkau 37% rumah tangga di 2009, naik 15% dibandingkan 2007 dan diharapkan bertambah menjadi 74% di 2013.

Tentu saja, tidak semua aktivitas online berbau romantisme. Blogger Arab Saudi mengatakan, penggunaan untuk berhubungan dengan keluarga dan sahabat populer, blogging memang luar biasa namun debat di forum berita juga meledak.

“70 % teman saya bertemu suami mereka via online,” kata Nafjan. “Anda tidak dapat menemukan statistik, karena tidak ada seorangpun yang ingin mengungkapkannya. Mereka tidak akan mengakui hal itu pada keluarga mereka.”

Nafjan mengatakan, masih ada orangtua yang membatasi anaknya terutama perempuan dalam penggunaan internet. Perempuan sangat jarang menaruh fotonya di situs, berbeda dengan pria yang kebanyakan menampilkan wajah mereka.

Penelitian dari King Sand University di Riyadh lebih memilih menggunakan gambar semacam bunga, foto ayah atau kakak, lukisan, kartun atau mata close up.

Perempuan juga masih jarang menaruh nama akhir mereka di profil, menurut studi The Methodology of Saudi Youth when Utilizing Social Networking Sites di harian Arab, Asharq Al-Awsat. Studi ini mendapati hanya 32% perempuan menaruh nama lengkap di Facebook dibandingkan 60% pria. (*/inc)