Kota Aleepo, Syiria jelang malam hari (lonelyplanet.com)
Kota Aleepo, Syiria jelang malam hari (lonelyplanet.com)

[slider animationloop=”true” smoothheight=”false” controlnav=”false” directionnav=”false”]

[slide]

[/slide]

[slide]

[/slide]

[slide]

[/slide]

[/slider]MASJID dari abad ke-13 Masehi itu tutup, menaranya yang goyah bagian dasarnya dihantam mortir. Para penembak jitu bersembunyi di atap-atap bangunan tinggi bekas benteng, di mana pasukan Yunani kuno, Bizantium, Arab dan Turki pernah bermarkas.

Beberapa bulan lalu, Aleppo Lama masih menjadi kota museum yang hidup dan kota yang masih bernafas. Orang-orang mendatangi pasar-pasar untuk mencari bumbu, membeli buku, sabun dari minyak zaitun.

Aleppo merupakan kota terbesar di Suriah yang menjadi jantung perekonomian. Distrik tuanya yang terdiri dari bangunan-bangunan tinggi peninggalan masa Shalahuddin al-Ayyubi menjadi situs warisan dunia yang dilindungi UNESCO. Arsitektur bangunan yang menyaksikan kejayaan Shalahuddin pahlawan Islam yang berhasil mengalahkan pasukan salib itu diakui sebagai salah satu pencapaian tertinggi peradaban manusia.

Sekarang, kota bersejarah itu porak poranda. Reruntuhan bangunan di mana-mana, puing pecahan mortir dan lubang peluru menghiasi dinding-dinding bangunan.

Di Masjid Al-Utsmaniyyah, sebuah lubang menganga di kubah masjid buatan tahun 1728 Masehi. Lantai bentonnya menorehkan bekas hantaman granat dan mortir. Kaca dekorasi yang menghiasi bagian atas pintu lengkung menuju ruang shalat musnah, rontok berjatuhan.

Di rumah pemandian peninggalan masa Kekhalifahan Utsmani, yang ramai sebelum perang, tercium bau busuk ruangan lembab.

Mortir menembus kubah atriumnya, pecahan kaca berwarna berceceran di sekitar air mancur. Lentera berjeruji besi tergeletak di lantai. Mensin penjual minuman ringan berdiri kosong dekat bak basuh dari marmer putih berhias mosaik keramik warna-warni.

Orang-orang yang pergi menyelamatkan diri, satu persatu kembali ke kota tua bersejarah yang hancur lebur itu. Tidak lain karena mereka tidak punya tempat lain untuk berteduh.

Di pasar terbuka, tampak lapak-lapak kecil berusaha bangkit dengan menjual manisan dan minuman soda. Para pria tampak menikmati hidangan teh di warung-warung sederhana. (spiritislam.net)