Stand Up Comedy (kompas.tv)
Stand Up Comedy (kompas.tv)

PARA pelawak punya kritik untuk sesama pelawak. Melawak, kata komedian Derry Sudarisman, tidak sekedar mendorong teman hingga terjatuh dan mengundang tawa penonton yang menyaksikannya.

“Melawak itu melalui verbal, yang cerdas dan sehat. Artinya, tidak sekedar melucu, tapi juga memberi tuntunan kepada masyarakat,” jelas Derry saat syukuran ulang tahun kedelapan Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) di Jakarta, Minggu (28/4) malam.

Lawakan yang sehat dan cerdas tidak harus menggunakan fisik.

“Sebuah tontonan menjadi tuntunan sehingga memberikan tatanan yang baik pada masyarakat,” kata Derry, yang kini menjabat sebagai Ketua PaSKI pusat.

Melawak pun memiliki etikanya sendiri. Lontaran-lontaran humor dari seniman lawak idealnya memiliki sisi humanis dan moralis.

Didin Pinasti atau yang lebih dikenal sebagai Didin Bagito, komedi disukai semua kalangan termasuk anak-anak.

Ia khawatir beberapa adegan yang kerap ditayangkan dalam acara lawak di televisi, seperti melumuri wajah orang lain dengan bedak, ditiru oleh anak-anak.

Anak yang belum mengerti, menurut dia, merasa sah-sah saja melakukannya karena hal itu muncul di televisi.

“Humor yang cerdas. Tidak menimbulkan hal-hal yang bersifat rentan ditiru masyarakat, terutama anak-anak,” jelas Didin yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PaSKI saat ditemui di kesempatan yang sama.

“Celakanya, rata-rata kita suka melihat orang lain menderita,” kata Didin.

Didin mengaku dirinya, dan juga PaSKI, prihatin melihat masih ada humor yang tidak diimbangi dengan hal-hal yang membangun.

Hanya saja, bila berbicara tentang industri, semua kembali ke pasar. Selama pasar masih menghendaki, komedi-komedi seperti itu tetap akan muncul.

“Masyarakat sedang senang dengan yang seperti itu,” tutur Derry.

Didin memiliki pendapat yang berbeda dengan rekannya itu. “Mungkin itu bukan hal yang kita suka, tapi karena setiap hari disuguhi, mau tidak mau, tidak ada alternatif lain.”

Ia pun melihat perbedaan antara pelawak generasinya dengan yang kini sering muncul.

Pelawak yang berada di zaman dirinya masuk televisi setelah mengikuti berbagai festival dan lomba melawak.

“Sebelum dia menampilkan lawakannya ke masyarakat, si pelaku humor sudah menyaring dirinya sendiri,” jelasnya.

Tidak ingin hal ini terus-menerus berlangsung, Didin mengaku ada sarasehan untuk anggota organisasinya demi meningkatkan kualitas lawakan.

“Bagaimana caranya melawak yang sehat. Kita tertawa dengan sehat dan proses menciptakan tawa itu juga sehat. Bukan sekedar haha-hihi, tetapi ada tuntunan buat masyarakat,” ujarnya.

“Kami siapkan mereka-mereka yang akan tampil, yang akan dapat giliran untuk populer, jadi dia sudah punya batasan,” tambahnya.

Lambat laun, bila para pelaku humor menampilkan lawakan yang mengandung edukasi, selera masyarakat pun akan bergeser.

“Suatu saat pun akan bergeser, masyarakat sudah cerdas, nggak mau melihat kebodohan lagi kan. Pelan-pelan,” katanya.

Derry dan Didin pun mengapresiasi maraknya stand-up comedy di televisi.

“Minimal dengan adanya stand-up comedy, itu sedikit melegakan. Mereka mau berupaya menyampaikan humor yang membuat orang berpikir dulu. Humor yang cerdas. Ayo, bikin komedi yang sehat lah,” kata Didin. (ant)