Sudah belasan tahun Bang Rih menggeluti usahanya sebagai penjaja peci riman. “Hasilnya lumayan dan dari sinilah saya menghidupi keluarga saya,” ujar lelaki bernama asli Idris, 49 tahun, beberapa waktu lalu. Peci-peci yang dia jaja, di samping hasil rajutan keluarganya, juga hasil kreasi tangan-tangan terampil para tetangga.
Di seluruh Kabupaten Pidie, bahkan Aceh, peci riman hanya diproduksi di Gampong Adan Meunasah Dayah, Kecamatan Mutiara Timur. Peci berbahan baku serat pohon ijuk (bak jok), ini sudah menjadi peci tradisi di gampong tersebut sejak zaman dahulu.
Menurut penuturan orang-orang tua Adan Meunasah Dayah, kerajinan tangan yang sangat khas ini pernah hilang gara-gara situasi huru-hara di dalam negeri waktu zaman perang dengan Belanda dan Jepang. Baru setelah Aceh Merdeka, eh, Indonesia merdeka, keuletan jemari dan kesabaran merajut ini dibangkitkan kembali oleh tokoh-tokoh tua gampong itu.
Hingga kini, para perajin topi riman hanya terkonsentrasi di satu kampung tersebut. Menurut mereka, tidak ada orang desa lain yang bisa. Kecuali dalam tiga tahun terakhir ini, satu-dua warga gampong tetangga mulai belajar merajut kupiah itu, yaitu Gampong Adan Meunasah Mee, Gampong Jumphoih dan Adan Meunasah Kuthang, ketiganya masih dalam wilayah Kecamatan Mutiara Timur.
Di kalangan pejabat dan pengusaha di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya, kebanyakan sudah menggantikan peci beludru dengan peci riman. Terutama untuk peci shalat dan acara-acara resmi.
Pemakaian peci riman di kalangan pejabat dan pengusaha kabupaten Pidie, tak terlepas dari beberapa penjual yang lebih memilih menjajakan topi tersebut di kantor-kantor pemerintah dan swasta.
Menurut mereka, peci istimewa ini memang sedikit mahal untuk dijual di sembarang lapak. Sebuah riman berkwalitas biasa, dengan proses perajutan satu minggu, dihargakan Rp 100 ribu per peci. Yang berkualitas sedang, dengan proses merajutnya yang menghabiskan waktu 20 hari, harganya Rp 185 ribu per peci. Sedangkan yang berkualitas tinggi dan bahannya terdiri dari serat-serat halus dengan masa pembuatannya yang menghabiskan waktu hingga satu bulan, harganya berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per peci.
Berdasarkan pengakuan para perajin, setiap memasuki bulan Ramadhan, permintaan terhadap peci riman meningkat. Para pegawai atau pengusaha banyak yang membeli peci riman di bulan ini, baik untuk shalat tarawih atau persiapan untuk menyambut hari raya Idul Fitri. Karena peci riman memang dapat meningkatkan prestis bagi pemakaiya, terutama ketika sedang menjalani hari-hari sakral besar keagamaan.(*/ha/musmarwan abdullah)
Belum ada komentar