Jakarta — Lembaga pendidikan hanya berfokus untuk memperoleh mahasiswa sebanyak mungkin di kampus tersebut. Mereka kerap melupakan bagaimana mempersiapkan generasi muda itu untuk berhasil dalam pasar tenaga kerja yang sulit saat ini.
Demikian diungkapkan Mitra dan Direktur Pendidikan di McKinsey and Company, Mona Mourshed. Setelah mempelajari kesenjangan antara pendidikan dan pekerjaan secara global, Mourshed meminta agar sektor swasta terlibat dalam mengembangkan kurikulum dan memberikan pengalaman kerja.
“Pada dasarnya, sistem yang kami miliki saat ini membuat apa yang Anda dapatkan dari pendidikan terhadap pekerjaan tidak sesuai. Penyedia pendidikan lebih termotivasi untuk fokus mendapatkan mahasiswa ke kampus dan kurang terfokus pada bagaimana mempersiapkan mereka saat ke luar,” kata Mourshed kepada University World News saat KTT Inovasi Dunia untuk Pendidikan yang diselenggarakan di Doha, Qatar, belum lama ini. Demikian, seperti dikutip dari University World News, Jumat (16/11).
Komentar ini diungkapkan Mourshed atas survei terhadap 8.000 generasi muda, pendidik, dan pengusaha di sembilan negara di seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat, India, dan Brasil. Laporan Pendidikan untuk Pekerjaan (Education to Employment) itu akan diterbitkan pada 6 Desember mendatang.
Laporan McKinsey sebelumnya yang berfokus pada pemuda Arab jelas menggambarkan tantangan dalam mendidik pemuda untuk bersaing di pasar tenaga kerja. Tingkat pengangguran di kalangan pemuda di Timur Tengah lebih dari 25 persen dan lebih tinggi di kalangan perempuan. Namun, pengusaha mengeluh, hanya sepertiga dari lulusan yang siap untuk tempat kerja. Sekira 80 persen dari lulusan berasal dari sistem universitas.
Pendidik tampaknya agak keluar dari “sentuhan” untuk memberikan keterampilan yang dibutuhkan bagi mahasiswa untuk berkembang pascakelulusan. “Penyedia pendidikan lebih optimistis tentang kesiapan pekerjaan daripada pengusaha dan pemuda. Penyedia pendidikan akan mengatakan, semua ketrampilan itu penting, sedangkan pengusaha akan menempatkan prioritas yang lebih jelas pada soft skills, yakni memiliki kemampuan kerja tim dan etos kerja cukup kuat,” paparnya.
Inilah kesenjangan dalam persepsi tentang kesiapan kerja. Maka, Mourshed meminta kepada sektor swasta untuk bekerja lebih dekat dengan institusi pascasekolah menengah. Program yang sukses untuk mengatasi transisi pendidikan ke dunia kerja adalah adanya keterlibatan perusahaan dalam pembentukan kurikulum.
“Mereka bekerja mundur dari apa keterampilan yang mereka butuhkan untuk profesi mereka dan kemudian mereka berpikir tentang implikasi untuk kurikulum dan tujuan pembelajaran,” imbuh Mourshed.
Dia mengambil contoh adanya Kolaborasi Manufaktur Otomotif Pendidikan Teknik (AMTEC) yang berbasis di Amerika Serikat. AMTEC adalah sebuah kolaborasi dari 30 produsen dengan 35 masyarakat dan perguruan tinggi teknik yang bekerjasama untuk menghasilkan lulusan dengan keterampilan siap kerja. Mahasiswa yang terdaftar dalam program ini biasanya menghabiskan setengah waktu mereka di dalam kelas dan setengah waktu mereka belajar di fasilitas manufaktur selama praktikum.
Sebagai bagian dari program Go Gold, yang berbasis di Afrika Selatan, sektor swasta melibatkan diri lebih jauh dalam pendidikan siswa. Perusahaan di sektor konstruksi itu menyediakan guru pengajar di kelas 11 dan 12 untuk memberikan keterampilan spesifik mengenai karyawan yang mereka butuhkan, termasuk Matematika, kompetensi komputer, dan keterampilan hidup.
Mourshed menyarankan, perguruan tinggi dan universitas perlu membawa program sejenis untuk menjadi kompetitif. “Bagi lembaga pendidikan yang berwawasan ke depan dan membaca tanda-tanda apa yang dicari perusahaan, mereka bergerak ke arah ini. Bayangkan sebuah dunia di mana lembaga pendidikan harus melihat tingkat penempatan kerja dan harus melihat apa yang dilakukan lulusan tiga atau lima tahun setelah lulus, untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada lintasan karir dan gaji mereka,” urainya.
Menurut Mourshed, persiapan menuju dunia kerja ini tidak akan mengurangi beberapa elemen pendidikan umum yang seharusnya diterima di universitas
“Ada banyak pemuda di dunia saat ini yang tidak memiliki kemewahan untuk bisa berpikir untuk pergi ke kanan atau ke kiri. Mereka menghadapi keprihatinan nyata tentang bagaimana mendukung keluarga mereka atau bagaimana mereka memastikan memiliki pekerjaan sesuai dengan apa yang dilakukan keluarga mereka demi perkuliahan tersebut,” ungkap Mourshed.
Pendidikan, lanjutnya, memiliki tujuan yang jauh lebih luas daripada bekerja. “Kami menginginkan pendidikan untuk penduduk mereka dan warga global. Namun, jika pendidikan tidak memungkinkan pemuda memiliki keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan, maka kita punya masalah,” tutupnya. (okezone.com)
Belum ada komentar