Manusia bertopeng satwa gajah dan harimau (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Manusia bertopeng satwa gajah dan harimau (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Aksi teaterikal manusia lumpur menggelinding bola bumi (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)
Aksi teaterikal manusia lumpur menggelinding bola bumi Earth Hour (Foto M Iqbal/SeputarAceh.com)

GERAKAN Earth Hour di Aceh menyerukan penyelamatan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) sebagai gerakan publik dalam menyambut puncak Earth Hour 2015 yang jatuh pada hari Sabtu, (28/3/2015).

Pada tahun ini, EH mengangkat tema kampanye Earth Hour  2015 kali ini adalah #Use Your Power, Help The Sumatran Elephants, atau Ini Aksiku, Bantu Gajah Sumatera Selamat dari Kepunahan.

Menyambut puncak Earth Hour, ratusan orang dari berbagai komunitas dan lembaga peduli lingkungan, pemerintah, privat sektor dan mahasiswa akan melaksanakan “Parade Nasib Gajah” guna mengajak publik untuk peduli pada keterancaman populasi gajah sumatera yang jumlahnya semakin menurun di alam.

“Sebagai propinsi yang memiliki populasi gajah sumatera, kondisi ini menjadi peringatan bagi kita semua sudah saatnya kita menggunakan kekuatan kita sebagai individu, pemerintah dan privat sektor untuk membantu menyelamatkan gajah sumatera dari kepunahan. Gajah sumatera adalah aset daerah Aceh dan wajib bagi kita melestarikannya,” kata Koordinator Kota Earth Hour Aceh, Andri Munazir, Kamis (26/3/2015) dalam rilisnya kepada SeputarAceh.com.

Menurut data WWF Indonesia, gajah sumatera kehilangan 70 persen habitatnya karena penggunaan lahan yang tidak lestari dan populasinya berkurang 50 persen dalam 20 tahun terakhir.

Parade Nasib Gajah akan berkeliling kota Banda Aceh ditandai dengan aksi teaterikal bersama para seniman dari Sanggar Seni 55. Para seniman dan komunitas akan membawa simbol-simbol gajah sumatera dan poster-poster mengajak publik peduli gajah sumatera. Secara khusus kampanye ini juga didukung oleh WWF Indonesia yang memberikan perhatian pada konservasi gajah sumatera di Indonesia.

Kampanye Earth Hour di Aceh telah berjalan sejak 2012 dan ini merupakan kali ke-empat keikutsertaan kota Banda Aceh dalam aksi Earth Hour 2015 bersama 29 kota lainnya di Indonesia. Sekitar 7000 kota dari 122 negara di seluruh dunia juga berpartisipasi dalam aksi mematikan lampu selama 1 jam untuk mengurangi emisi karbon dari aktivitas pembangkit listrik.

Di Banda Aceh puncak aksi Earth Hour akan ditandai dengan event mati lampu selama 1 jam  pada hari Sabtu, 28 Maret 2015 pukul 21.00 – 22.00 WIB di beberapa ikon kota seperti Museum Tsunami dan Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh. Acara detik-detik pemadaman lampu akan di pusatkan di pelataran Hotel Hermes Palace.

“Kami mengajak masyarakat Banda Aceh berpartisipasi dengan mematikan lampu dan peralatan listrik yang tidak terpakai selama 1 jam pada puncak Earth Hour sebagai bentuk dukungan kita membantu mengurangi dampak pemanasan global,” kata Andri.

Aksi acara malam puncak juga akan ditandai dengan melepas 100 pelari dari komunitas Indorunner Aceh dan CIMSA dengan start dari Hotel Hermes Palace Fakultas Kedokteran Hewan dengan rute 7 kilometer. Banda Aceh bergabung bersama 6 kota lainnya di Indonesia dalam Aksi Lari 7 Region, 7 Isu dan 7 kilometer.

“Earth Hour adalah kampanye lingkungan kreatif anak muda di Indonesia, kami berkomitmen untuk mendukung terus gerakan ini sebagai bagian bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup,” kata Andri.[]