Pergerakan serta kontribusi memberikan yang terbaik bagi Nanggroe tercinta memang tidak mengenal tempat. Di manapun dan kapanpun, selama hayat masih dikandung badan maka tabu rasanya jika putra-putri Aceh tidak berjuang untuk yang terbaik bagi dirinya, keluarga, daerah, bahkan bagi negaranya.

Agaknya semangat inilah yang kemudian membakar anak-anak muda Aceh yang berkuliah di Universitas Indonesia (UI) untuk mendirikan dan membentuk sebuah paguyuban bernama SAMAN UI.

SAMAN UI merupakan singkatan dari Silaturrahmi Aneuk Nanggroe. “Imbuhan” UI diberikan sebagai penjelas bahwa organisasi ini berada di bawah naungan UI dan sudah terdaftar secara hukum.

Sekilas, dari namanya saja sudah sangat mampu merepresentasikan nilai-nilai ke-Aceh-an, apalagi ketika di dalamnya bersinergi pula tekad dan harapan dari putroe-putroe pilihan ini berbuat lebih banyak bagi daerahnya, nanggroe Aceh tercinta.

Asal Mula SAMAN UI

Menurut penuturan Teuku Ibnu Sina, Ketua SAMAN UI, bahwa paguyuban ini didirikan pada tahun 2003 atas prakarsa beberapa mahasiswa yang terpanggil untuk membuat sebuah perkumpulan khusus tempat bernaungnya para mahasiswa UI yang berasal dari Aceh. Pada saat itu pula belum ada nama khusus untuk komunitas mahasiswa Aceh di UI sehingga pihak luar hanya mengenal mahasiswa Aceh dari individu-individunya.

Teuku Ibnu Sina atau yang akrab disapa dengan Popon ini juga menyatakan bahwa sejak dulu memang mahasiswa Aceh sudah dikenal karena mudah bergaul dan aktif di kegiatan kemahasiswaan UI.

Kemudian setelah semakin bertambah banyaknya mahasiswa Aceh yang menuntut ilmu di UI, akhirnya mencetuskan ide untuk mendirikan sebuah organisasi yang dapat berkontribusi baik dalam mempererat silaturahmi antar mahasiswa Aceh di UI, maupun sebagai pihak yang memperluas berbagai informasi mengenai UI di daerah Aceh.

[pullquote_left]Air yang tergenang dan tidak mengalir maka kualitasnya akan rusak dan berbau tidak sedap, sementara air yang terus mengalir, maka kualitasnya akan terjaga dan menjadi lebih baik[/pullquote_left]

Berdasarkan penuturan Popon yang kini masih aktif sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Elektro UI tersebut, salah satu wujud nyata dari kontribusi SAMAN UI bagi daerah Aceh ialah melalui kegiatan Saman UI Saweu Gampong (SSG) yang dilaksanakan setiap tahun dimulai dari tahun 2006.

Kegiatan SSG pada dasarnya bertujuan untuk menginformasikan mengenai jalur masuk Universitas Indonesia sekaligus juga sebagai bentuk motivasi agar anak-anak SMA yang akan memasuki dunia perkuliahan tidak takut untuk menuntut ilmu keluar dari tanah kelahiran Aceh.

“Dengan adanya program ini yang diadakan tiap tahun, kami mengharapkan adanya peningkatan mutu pendidikan, mengingat informasi yang kami berikan dapat bermanfaat bagi mereka ke depannya dan provinsi Aceh kelak,” ujar Popon.

Harapan agar anak-anak Aceh mau kuliah ke luar Aceh merupakan pesan utama yang ingin disampaikan oleh kegiatan tahunan SAMAN UI Saweu Gampong ini. Sejalan dengan apa yang dikatakan Imam Syafi’I bahwa Air yang tergenang dan tidak mengalir maka kualitasnya akan rusak dan berbau tidak sedap, sementara air yang terus mengalir, maka kualitasnya akan terjaga dan menjadi lebih baik.

Melalui analogi air ini, Imam Syafi’I sebenarnya menyampaikan bahwa untuk mendapatkan pribadi yang lebih mengagumkan maka kita tidak boleh hanya berdiam diri saja di tempat kelahiran.

Akan tetapi harus “keluar” dan pantang berdiam diri. Pesan Imam Syafi’I inilah yang agaknya menginspirasi anak-anak SAMAN UI untuk mengajak teman-temannya di Aceh sana agar mau berjuang di perantauan. Tujuan baik ini juga disertai harapan agar kemudian mereka yang telah mendapatkan ilmu dan pengalaman di daerah orang, kemudian kembali ke Aceh tercinta sebagai sosok yang mau membangun Aceh menjadi lebih baik lagi.

Semenjak diadakannya program Saman UI Saweu Gampong ini, jumlah anak Aceh yang berkuliah dengan di UI setiap tahunnya bertambah. Hal ini tentunya menjadi indikator yang menunjukkan bahwa kegiatan tahunan SAMAN UI mampu memberikan keberanian dan juga tekad bagi lulusan SMA di Aceh untuk berani mencicipi dunia perantauan.

Kegiatan yang dilakukan anak-anak SAMAN UI merupakan bentuk bagaimana perjuangan tak mengenal batas untuk memberikan yang terbaik bagi nanggroe tercinta tidak harus menunggu kaya, mapan, ataupun memiliki posisi penting tertentu.

Sebagai mahasiswa yang notabene masihlah “hijau” pun anak-anak SAMAN UI mampu memberikan sesuatu yang positif bagi daerah Aceh.

Meskipun organisasi SAMAN UI merupakan paguyuban untuk mahasiswa Aceh, namun SAMAN UI tidak pernah menutup diri dari kerjasama dengan organisasi-organisasi lain yang ada baik di lingkungan kampus UI maupun di luar kampus.

“Pintu SAMAN UI selalu terbuka, bahkan kita sangat welcome untuk komunitas lain yang ada di Depok dan Jakarta karena disini (di perantauan, -red) kita bersaudara untuk tetap saling menjalin silaturrahmi”, imbuh Ketua SAMAN UI yang terpilih sejak tahun 2011 lalu.

Sehingga tidak jarang pula SAMAN UI mendapatkan tawaran menjadi pengisi acara tertentu baik di lingkungan kampus maupun lingkungan organisasi luar kampus. Salah satunya misalnya seperti pada acara Pesta Blogger 2010. Saat itu SAMAN UI dipercaya untuk mempersembahkan tarian tradisional Aceh pada acara level nasional dihadapan ratusan blogger dari berbagai daerah dan kota di Indonesia.

Sebenarnya agak disayangkan jika organisasi yang sangat bermanfaat bagi konsolidasi mahasiswa Aceh di Depok ini ternyata belum memiliki kantor sekretariat.

“Selama ini kami memanfaatkan rumah-rumah kontrakan mahasiswa Aceh yang ada di Depok. Alhamdulillah kegiatan-kegiatan SAMAN UI dapat berjalan meskipun memanfaatkan sekretariat “sementara” itu”, demikian Popon menuturkan.

Anak-anak SAMAN UI telah menunjukkan bagaimana kontribusi dapat dilakukan meski kerap dihadapkan pada keterbatasan. Selain itu, yang sama-sama juga kita perlu maklumi ialah bagaimana anak-anak perantauan ini tidak silau mata dan terjangkiti image syndrome di perantauan sehingga melupakan darimana mereka bermula.

Semangat untuk mengembangkan diri dan juga memberikan sesuatu yang berharga bagi nanggroe tercinta merupakan penggerak di tengan keterbatasan mereka.

Kebermanfaatan SAMAN UI bagi anak-anak Aceh baik yang Universitas Indonesia maupun di Aceh tentunya harus dibarengi pula dukungan baik moril maupun materil dari segala pihak terutama mereka yang peduli pada peningkatan kualitas generasi masa depan Aceh, agar anak-anak SAMAN UI mampu memberikan hal yang lebih baik lagi bagi daerah mereka.

SAMAN UI tentunya telah mewujudkan sesuatu yang berharga bagi Aceh tercinta. Bagaimana dengan Anda para pembaca SeputarAceh.com, terpanggilkah untuk berbuat sesuatu yang berguna bagi nanggroe tercinta?[]