Jakarta — Dedaunan jenis lidah buaya, kenanga atau mint, pada umumnya sering dijadikan formula untuk produk perawatan kecantikan. Namun ada lagi daun yang tak Anda sangka bisa dimanfaatkan untuk merawat kulit, yaitu daun ganja.

Daun yang masih kontroversial jika salah penggunaan ini bisa diolah sedemikian rupa oleh Apothecanna, produsen produk kecantikan, menjadi lip balm dan body lotion. Seperti dilansir Daily Mail, produk kecantikan tersebut dibuat dari bahan daun ganja karena kandungan THC dan CBD-nya yang tinggi, walaupun demikian tidaj dijual bebas.

Pembelinya juga harus mengunjungi langsung apotek berlisensi hukum yang menjual produk ganja. Memang tak sembarang toko bisa menjualnya dan rangkaian produk Apothecanna hanya dijual di Denver, Colorado, Amerika Serikat.

“Ketika digunakan secara topikal, ganja memiliki banyak manfaat. Untuk produk ini terbukti tak memabukkan,” klaim pihak Apothecanna.

Mereka juga mengklaim lotion dan lip balm bisa mengurangi rasa perih dan kemerahan yang merupakan gangguan umum kulit. Ada juga produk body spray dan krim pereda nyeri dari ganja yang dibuat oleh Apothecanna.

“Misi kami di Apothecanna adalah menyebarkan kebaikan dari tanaman tradisional. Kami percaya pada hak untuk mendapatkan kesembuhan menggunakan cara alami,” ujar perwakilan Apothecanna.

Ganja untuk Kesehatan

Tidak saja untuk kecantikan, sebuah laporan bertajuk “Marijuana and Medicine: Assessing the Science Base” yang merupakan salah satu kajian paling komprehensif mengenai ganja yang ditulis pada 1999 oleh organisasi medis nonpemerintah, Institute of Medicine. Dalam laporan ini diuraikan secara rinci apa saja plus minus penggunaan ganja juga bagi kesehatan.

Kandungan aktif pada daun ganja berupa cannabinoid (THC) juga diketahui memiliki nilai medis untuk pasien multiple sclerosis.

Penlitian di Edinburgh University meminta 177 pasien kanker menggunakan semprot berbahan dasar ganja, dengan cara yang sama seperti penyegar mulut.

Dari hasil penelitian ini diketemukan bahwa cara ini bisa mengurangi rasa sakit pada pasien kanker di daerah Edinburgh hingga 30%.

Cara kerjanya adalah dengan mengaktifkan molekul-molekul di dalam tubuh (dikenal dengan cannabinoid receptor) yang bisa menghentikan pengiriman sinyal rasa sakit ke otak.

Semprotan ini dikembangkan agar tidak menganggu kondisi mental pasien, yang diakibatkan oleh penggunaan ganja biasa.

Temuan yang dipublikasikan di Journal of Pain and Symptom Management tidak membenarkan merokok ganja, karena merokok ganja justru bisa meningkatkan risiko kanker.

Semprotan ekstrak ganja yang dinamai Savitex ini telah diresepkan sebagai pereda rasa sakit untuk pasien multiple sclerosis. Multiple sclerosis adalah penyakit yang menyerang sistem saraf pusat yang diakibatkan oleh kerusakan myelin (selubung pelindung yang mengelilingi serabut saraf pada sistem saraf pusat). Ketika myelin mengalami kerusakan, akan mengganggu penyampaian pesan antara otak dan bagian-bagian tubuh lainnya.

“Hasil awal ini sangat menjanjikan dan menunjukkan bahwa obat berbahan dasar ganja bisa menjadi pengobatan efektif bagi pasien penderita rasa sakit kronis,” terang peneliti Profesor Marie Fallon.

Meresepkan obat ini sangat berguna dalam melawan rasa sakit kronis. Tapi, pengguna harus bisa membedakan tujuan medis dari tujuan menghibur diri semata, imbuh Fallon. (*/viva.co.id)