Banda Aceh – Peneliti The Aceh Institute Fajran Zein memperkirakan Nasional Demokrat akan menjadi partai politik karena para pengurus organisasi masyarakat itu terdiri dari para politisi.

“Bila dilihat dari kepengurusan Nasional Demokrat yang pernah duduk di partai politik besar di Indonesia, maka ormas pimpinan Surya Paloh itu bakal menjadi parpol,” kata Fajran di Banda Aceh, Senin (19/4/2010) menanggapi terbentuknya Nasional Demokrat Aceh.

Ia menyatakan, meskipun tidak menyebutkan secara implisit, tapi berdirinya ormas tersebut arahnya akan menjadi partai politik untuk menghadapi pemilu ke depan.

Fajran juga tidak bisa menampik kalau pengurus yang duduk di ormas tersebut merupakan orang-orang yang tidak terakomodasi di partai politik besar.

“Jadi, rasanya aneh, kalau para elite politik membetuk ormas, seharusnya partai politik. Saya rasa, ormas itu hanya sebagai batu loncatan. Kalau diterima rakyat selanjutnya akan menjadi parpol,” katanya.

Ia berpendapat, secara etika, politisi yang keluar masuk partai sebenarnya tidak baik dan merugikan dirinya sendiri, apalagi yang bersangkutan telah bertahun-tahun membangun dan membesarkan partai.

“Tapi, karena tidak puas dengan seseorang, lantas keluar dan mendirikan partai. Biasanya orang-orang seperti itu, kurang berhasil dan tidak mendapat dukungan maksimal,” ujarnya.

Namun, ia berpendapat, kalaupun Nasional Demokrat menjadi partai, tidak ada yang terlalu istimewa, sehingga rasanya sulit untuk bersaing di tingkat nasional, khususnya dengan partai besar.

Ia menyarankan agar Nasional Demokrat tetap konsisten menjadi ormas, sesuai tujuan mereka untuk mengkritisi dan memberi masukan kepada pemerintah.

Ia juga berharap, Nasional Demokrat agar tidak menjadi kendaraan politik bagi orang-orang tertentu yang ingin maju sebagai gubernur atau bupati/wali kota di daerah-daerah.

“Kalau sampai ormas tersebut jadi kendaraan politik, maka masyarakat tidak akan percaya lagi. Sebenarnya, pengurus yang duduk di organisasi itu selain politisi, juga para cendikiawan, ulama dan mantan birokrat,” kata Fajran Zein. (k-ha)