Banda Aceh – Program pembangunan jalur kereta api (KA) sepanjang 586 km untuk menghubungkan Propinsi Aceh dengan Sumatera Utara hingga kini belum terealisasi. Wacana pembangunan rel KA itu sudah dilakukan pascabencana gempa dan tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004.
“Pembangunan tersebut untuk menyambung kembali rel kereta api Aceh-Sumut, untuk memperlancar transportasi darat antara kedua daerah,” kata Ketua Komisi D DPRA bidang pembangunan, Ir Jufri Hasanuddin, Kamis (4/8) di Banda Aceh.
Ia mengatakan, program perkeretaapian Aceh merupakan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development, dan pelayanan rel KA Aceh-Sumut rencananya menghubungkan Kota Banda Aceh, Sigli, Lhokseumawe, Langsa, Besitang, Medan-Belawan, Medan-Tebing Tinggi, serta Pematang Siantar – Rantau Prapat.
“Pembangunan jalan kereta api Aceh dianggap solusi tepat di mana angkutan kereta api bersifat massal, murah, aman dan efektif,” ujarnya.
Tetapi, pembangunan rel KA Aceh-Sumut terhenti tanpa diketahui sebabnya. Jalur yang telah dikerjakan di berbagai daerah di Aceh menjadi terlantar, rel yang telah dipasang telah menjadi besi tua. “Seharusnya pembangunan itu segera diselesaikan,” kata Jufri.
Menurutnya, program pembagunan rel KA jangan hanya sebatas wacana atau janji politis pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie, tetapi harus ada fakta yang terealisasi, karena rakyat Aceh terus menanti janji itu. “Pemerintah juga harus peduli terhadap transportasi di Aceh, terutama transportasi KA yang dianggap mampu menjadi alternatif bagi masyarakat,” imbuhnya.
Sebelumnya, Komisi D DPRA pernah menyinggung kepada pimpinan daerah terkait wacana kereta api Aceh – Sumut yang terhenti pembangunannya. Dan dalam waktu dekat pihaknya akan meminta penjelasan kepada Dinas Perhubungan Aceh, kenapa pembangunan tersebut terhenti. [mbd]
Belum ada komentar