Jakarta — PT Pertamina (Persero) hingga kini belum memperoleh kepastian pasokan gas untuk memenuhi kebutuhan di terminal dan kilang pengolahan untuk mengonversi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) di Arun, Aceh.
Untuk itu, pemerintah diharapkan bisa memfasilitasi pasokan LNG, sehingga bisa diubah menjadi gas untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik dan industri di dalam negeri, khususnya yang berada di Aceh maupun Sumatera Utara.
“Kami (Pertamina) berharap ada pasokan LNG dari Tangguh (Papua), sehingga proyek Arun bisa beroperasi sesuai jadwal,” kata Juru Bicara Pertamina Mochamad Harun di Jakarta, Kamis (14/6).
Pada tahap awal, proyek konversi gas Arun membutuhkan sedikitnya 1,5 juta ton LNG per tahun, sedangkan kebutuhan investasi untuk kilang Arun diperkirakan mencapai 73 juta dolar AS untuk belanja modal dan 4 juta dolar AS untuk biaya operasional.
Menurut Harun, saat ini proyek Arun sedang dalam proses tender rancang bangunan, pengadaan, dan kontruksi (EPC). “Kami targetkan Agustus 2012 ini bisa selesai FID (final investment decision)-nya, dan selanjutnya pembangunan konstruksi diharapkan sesuai jadwal,” ujarnya.
Pertamina menargetkan proyek konversi dua tangki penyimpanan LNG menjadi terminal penerima dan regasifikasi di Arun bisa beroperasi mulai Juni 2013. Pada akhir 2011, Pertamina mengajukan surat permohonan alokasi LNG domestik ke Menteri Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Jero Wacik. Surat ini menindaklanjuti permintaan serupa kepada operator gas di Lapangan Tangguh, BP Tangguh Ltd.
Seperti diketahui, proyek konversi aset Arun bisa menghidupkan kembali PT Asean Aceh Fertilizer dan PT Kertas Kraft Aceh serta memenuhi kebutuhan BUMD dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) secara berkelanjutan. Proyek ini juga akan memasok gas ke PLN serta industri di Medan dan sekitarnya melalui pembangunan pipa 350 km dari Arun hingga Belawan senilai 300 juta dolar AS.
Pada tahap awal, terminal direncanakan berkapasitas 1,5 juta ton per tahun atau setara 200 MMSCFD dan selanjutnya menjadi 320 MMSCFD dengan membangun pipa ruas Arun-Belawan.
Dengan proyek pipa ini, maka PLN diperkirakan bakal menghemat 266 juta dolar AS per tahun jika dibandingkan dengan menggunakan solar. Pertamina juga akan mengembangkan proyek Arun sebagai terminal hub LNG dan elpiji, sehingga meningkatkan ketahanan energi nasional.
Jika terealisasi, proyek akan menciptakan lapangan kerja langsung sebanyak 4.357 orang, meningkatkan produksi urea ASEAN Aceh menjadi 730.000 ton per tahun, dan urea PIM 1,2 juta ton per tahun. Selanjutnya, pabrik kertas Kraft beroperasi dengan kapasitas 135.000 ton per tahun dan pembangkit BUMD Aceh 3×20 megawatt (MW).
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan telah memutuskan pemenuhan kebutuhan gas di Medan, Sumut akan dipasok dari konversi kilang Arun ketimbang membangun terminal terapung di Belawan, Medan. Alasannya lebih murah, lebih cepat, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat Aceh.
Selanjutnya, rencana terminal terapung di Belawan akan digeser ke Lampung. Kilang Arun saat ini dikelola PT Arun NGL yang 55 persen sahamnya dimiliki Pertamina, 30 persen Mobil LNG Inc, anak usaha ExxonMobil, dan 15 persen dikuasai asosiasi pembeli gas Jepang.
Konsumsi
Di tempat terpisah, Pertamina Pemasaran Jateng-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menambah stok elpiji bersubsidi ukuran tabung 3 kilogram (kg) sebagai antisipasi lonjakan konsumsi menjelang bulan Ramadhan.
Asisten Manager External Relation Pertamina Pemasaran Jateng-DIY Heppy Wulansari mengatakan, antisipasi itu sekaligus sebagai strategi untuk meredam kekhawatiran masyarakat akan kekurangan gas. “Untuk Juni, stok elpiji 3 kilogram ditambah 15.240 tabung,” katanya di Semarang, kemarin.
Menurut Heppy, untuk pelaksanaan di lapangan dikoordinasikan dengan Hiswana Migas, agen, dan pemda setempat. Penambahan stok elpiji 3 kg dilakukan di seluruh Jateng-DIY dengan besaran menyesuaikan kondisi masing-masing wilayah kota di kedua provinsi ini.
Dia menegaskan, stok elpiji 3 kg di agen resmi Pertamina beserta pangkalannya untuk wilayah Solo dan sekitarnya dalam kondisi cukup. Penegasan ini untuk membantah pemberitaan tentang kelangkaan elpiji 3 kg di wilayah Solo Raya. Sedangkan untuk pangkalan yang diberitakan mengalami kekosongan stok elpiji 3 kg, karena selama ini mendapatkan pasokan elpiji dari luar wilayah Jateng-DIY yang berada di luar kewenangannya.
Di lain pihak, sejumlah pengelola pangkalan elpiji 3 kg di kawasan pantura, Kabupaten Cirebon, dan Indramayu, Jawa Barat, minta pasokan ditambah karena selama ini mereka kekurangan kiriman, sehingga terjadi kekurangan gas untuk memenuhi permintaan konsumen. (A Choir/Antara/Pudyo Saptono)
Belum ada komentar