PROSESI adat Aceh turun anak atau dikenal dengan “Peutron Aneuk” yang digelar di Anjungan Seuramoe Kabupaten Bireuen pada Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) 6 di komplek Taman Sultanah Safiatuddin Banda Aceh, Sabtu (28/9).

Acara tersebut menjadi puncak prosesi adat Aceh dari sekian banyak pegelaran prosesi adat yang digelar pada PKA tahun ini. “Ini puncak kegiatan prosesi Adat pada Rumoh Aceh di anjungan seuramoe Bireuen,” kata Wakil Bupati Bireuen, Ir. Mukhtar Abda MSi, yang turut menyaksikan secara langsung kegiatan tersebut.

Wakil Bupati mengaku, kegiatan tersebut sebagai bentuk partisipasi Pemkab Bireuen dalam mengsukseskan setiap prosesi adat yang digelar disetiap anjungan di PKA 6.

“Prosesi adat “peutron aneuk” menjadi andalan dari Kabupaten Bireuen, memang Bireuen melakukan hal yang beda pada PKA 6 bila Anjungan Kabupaten lain melakukan prosesi pernikahan adat perkawinan, maka Bireuen melakukan prosesi peutron aneuk,” akunya.

Prosesi peutron aneuk yang berlangsung di Rumoh Aceh Anjungan Bireuen turut juga dihadiri Ketua Majelis Adat Aceh (MAA), Tgk. Kamaruzzaman, dan disaksikan oleh ratusan pengunjung PKA 6 di siang hari.

Sementara itu, Ketua MAA Bireuen, Drs. H. Faizin, mengaku, kegiatan prosesi peutron aneuk salah satu Adat Aceh yang sampai saat ini masih kental dilakukan oleh masyarakat. “Di Kabupaten Bireuen adat peutron aneuk masih menjadi tradisi sampai saat ini,” sebutnya.

Faizin juga menambahkan, kegiatan prosesi adat “peutron aneuk” memang bukan satu kewajiban bagi pasangan yang memiliki anak bayi, akan tetapi kegiatan ini sudah menjadi tradisi yang terus dilakukan oleh masyarakat secara turun temurun.

Prosesi peutron aneuk diawali dengan bacaan shalawat, dan membawa si bayi untuk menginjak tanah yang sebelumnya ada pembelahan buah kelapa, dan diakhiri dengan peusijuek diiringi dengan Shalawat Nabi. Sejumlah pengunjung PKA 6 yang turut menyaksikan prosesi adat Aceh ini terharu. (*/ddk)