yang juga mantan Menteri Kelautan dan Perikanan,

PAKAR Kemaritiman Prof Rokhmin Dahuri menjadi pembicara inti acara dialog publik soal Jalur Sutra China atau Belt and Road Initiative (BRI) di Xiamen University, Selasa (24/9/2019).

Dalam paparannya dihadapan puluhan mahasiswa pascasarjana S2 dan S3 tersebut, Guru Besar Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB itu mengingatkan tujuan awal jalur sutra China yang tak lain demi misi perdamaian, dan kehidupan dunia yang lebih baik melalui kemitraan dan kerjasama ekonomi ekonomi.

“Ketika mengunjungi Kazakhstan dan Indonesia pada bulan September dan Oktober 2013, Presiden Tiongkok Xi Jinping menyatakan inisiatif untuk bersama-sama mengembangkan Jalur Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad 21,” ujar mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut.

Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu menegaskan jika Jalur Sutra yang digagas adalah untuk membangun model baru hubungan internasional yang menampilkan rasa saling menghormati, keadilan, keadilan, dan kerja sama mengedepankan kemitraan melalui dialog dan persahabatan daripada konfrontasi.

“Untuk mempromosikan sinergi di antara strategi pembangunan berbagai negara, memanfaatkan potensi pasar di kawasan ini, mempromosikan investasi dan konsumsi, menciptakan permintaan dan pekerjaan, dan meningkatkan pertukaran antar masyarakat dan saling belajar di antara peradaban, semuanya dalam upaya untuk memelihara pemahaman dan saling menghormati di antara orang-orang dari berbagai negara dan berbagi kehidupan yang harmonis, damai dan sejahtera di dunia,” tegasnya.

Meski digagas oleh China, Rokhmin mengatakan jika Jalur Sutera menjadi kepentingan dunia yang berakar dari sejarah namun berorientasi pada masa depan yang lebih baik tidak hanya berfokus pada Asia, Eropa, dan Afrika, tetapi terbuka untuk semua mitra. Ini mencakup berbagai negara dan wilayah, budaya dan agama yang berbeda, dan berbagai kebiasaan dan gaya hidup.

“Jalur Sutera adalah inisiatif untuk pembangunan damai dan kerja sama ekonomi, daripada aliansi geopolitik atau militer,” tandasnya.

Indonesia sendiri lanjut Rokhmin, pada tahun 2014, Presiden Joko “Jokowi” Widodo meluncurkan visi GMF (Global Maritime Fulcrum) yang sangat terkait dengan konsep, tujuan, dan area BRI. GMF Indonesia sendiri fokus pada pengembangan dan perlindungan wilayah laut dan sumber daya negara untuk kemajuan, kemakmuran, dan kedaulatannya.

“Dengan kata lain, ini adalah visi dan program pembangunan kelautan yang berwawasan ke dalam. BRI China adalah visi pembangunan yang lebih berwawasan ke luar,” ungkapnya.

“Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping mencapai konsensus penting dalam mempromosikan sinergi antara GMF dan BRI untuk kepentingan rakyat kedua negara,” tambahnya.

Dalam hal konektivitas infrastruktur, Cina mendukung pengembangan Jalan Raya Maritim Indonesia yang diusulkan oleh Presiden Jokowi, dan telah berpartisipasi dalam proyek-proyek infrastruktur strategis dan utama di Indonesia seperti jalan, kereta api, pelabuhan, dan pembangkit listrik.[]