Banda Aceh — Pemerintah Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, belajar dari Malaysia melahirkan konsep serta strategi, baik dalam mengelola maupun mengembangkan sektor pariwisata bersifat ekonomis.

Bupati Aceh Barat H T Alaidinsyah di Meulaboh, Sabtu (20/10) mengatakan, daerah ini begitu banyak kawasan wisata baik wisata alam, bahari maupun religi yang selama ini belum dikembangkan maksimal.

“Kerana itu melalui seminar internasional dan kerja sama dengan Malaysia, akan melahirkan konsep serta strategi baik dalam mengelola maupun mengembangkan sektor pariwisata Aceh Barat,” katanya.

Pernyataan tersebut disampaikan H T Alaidinsyah dalam seminar internasional tentang pembangunan sektor pariwisata bertema “Aceh Barat dulu, kini dan nanti” kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh dan Universitas Malaysia Terengganu (UMT) di Meulaboh.

Kabupaten Aceh Barat memiliki beberapa kawasan wisata yang potensial untuk dikembangkan seperti Masjid Agung Meulaboh (religi) yang menempati rangking 100 mesjid terindah di Asia (di Kecamatan Johan Pahlawan), makam Teuku Umar (Meugo, Kawai XVI), makam Pocut Baren (Kawai XVI).

Pantai Ujung Karang (Johan Pahlawan), kuburan massal korban tsunami (Johan Pahlawan), Genang Geudong ( putim, Kawai XVI) serta sejumlah lokasi lain yang bernilai historis.

Kata dia, geografis provinsi ujung barat Indonesia dan khususnya Kabupaten Aceh Barat, terletak sangat dekat dengan Malaysia, sebab itu peluang besar kawasan ini memperkenalkan kawasan pariwisata melalui konsep pembangunan awal melibatkan para akademisi negara “Jiran” itu.

Pembangunan sektor pariwisata Aceh Barat diharapkan tidak hanya sekedar mampu memberikan kesenangan batin akan tetapi dengan pembenahan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana diharapkan juga mampu memberikan wahana pembelajaran bagi para pengunjungnya.

“Masyarakat Aceh sudah berada dalam suasana aman, nyaman dan damai, kita sudah harus bangkit dari keterpurukan dari berbagai sektor pembangunan menuju kearah lebih maju,” imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan, akademisi Malaysia yang hadir sebagai pemateri diharapkan melahirkan konsep baru penataan pariwisata yang sesuai kondisi alam daerah itu ataupun menawarkan konsep lokasi pariwisata Malaysia.

Dengan pengembangan pariwisata yang baik, kata dia, Aceh Barat akan semakin terkenal menjadi daerah destinasi pariwisata, baik wisatawan domestik maupun luar negri, maka secara bertahap dapat memberikan kamajuan positif terhadap pembangunan daerah yang dijuluki “bumi Teuku Umar” ini.

“Target pembangunan pariwisata Aceh Barat harus menjadi daerah destinasi wisatawan lokal dan mancanegara, karena pontensi daerah kita cukup menjanjikan tinggal ditata pengelolaan lebih baik,” kata dia menambahkan.

Sementara itu, pemateri lokal dari akademisi UTU Meulaboh, Dr Edwarsyah menyarakan, dalam upaya tersebut pemerintah daerah harus membuat qanun tata ruang agar setara dengan daerah lain yang sudah berhasil maju di sektor pariwisata.

“Dari 33 provinsi di Indonesia, baru delapan kabupaten/kota yang memiliki tata ruang pengelolaan SDA bahari, sehingga mampu menjadikan daerahnya maju di sektor pariwisata,” katanya disela memberi materi. (ant)