Boston — Harvard University menskors sekira 60 mahasiswanya yang terbukti mencontek dalam sebuah ujian tahun lalu. Namun, keputusan kampus ini ternyata mengundang reaksi keras dari para alumni.
Tahun lalu, pihak kampus menduga sekira 125 mahasiswa mereka terlibat dalam skandal plagiat. Penyelidikan dimulai setelah salah seorang asisten dosen mendeteksi adanya kemungkinan para mahasiswa saling berbagi jawaban dalam sebuah ujian take home.
Pada sebuah email resminya, Dekan Fakultas Seni dan Sains Dean Michael D Smith berkata bahwa dewan integritas akademik Harvard telah meneliti semua kasus terkait isu ini. Menurut Smith, penyelidikan tersebut sampai pada kesimpulan bahwa lebih dari setengah mahasiswa yang terlibat dalam kasus ini harus dikeluarkan dari sekolah untuk jangka waktu tertentu.
Pihak kampus sendiri menyatakan, biasanya periode skors ini dilakukan selama dua hingga empat term. Sedangkan setengah mahasiswa lainnya mendapat sanksi percobaan akademik, dan sisanya tidak mendapat tindakan apa-apa.
Smith mengimbuh, keputusan ini dimaksudkan untuk memperkuat budaya kejujuran akademik dan mempromosikan pentingnya etika dalam program beasiswa. “Ini adalah saatnya bagi kita untuk merefleksikan bersama masalah tersebut. Kita bertanggung jawab dalam menciptakan komunitas belajar yang baik bagi para mahasiswa dan kita semua berkembang sebagai sarjana,” ujar Smith, seperti dilansir Huffingtonpost, Minggu (3/2).
Salah satu kritik atas keputusan kampus datang dari Thomas Stemberg. Alumnus Harvard ini juga memiliki anak yang berkuliah di kampus tersebut. Kritik Stemberg terutama berkaitan dengan status para mahasiswa yang menerima beasiswa pendidikan sebagai atlet.
Penggemar tim bola basket Harvard ini mengetahui bahwa beberapa mahasiswa bersalah dalam skandal tersebut, dan anaknya pun mengetahui beberapa hal lain. Dalam sebuah surat komplainnya ke rektor Harvard, dia mengklaim bahwa dosen yang mengampu mata kuliah dalam skandal tersebut mengganti aturan setelah beberapa ujian. Salah satu peraturan baru itu, menurut Stemberg, mendorong “kerjasama terbuka” antarmahasiswa.
Dia menuduh, bahwa dalam instruksi ujian take home itu para mahasiswa dilarang untuk bekerjasama dengan dosen, staf pengajar “dan lainnya”.
“Jika pesannya jelas, mengapa beberapa orang pengajar menggelar ujian terbuka? Jika mereka tidak mengerti pesan tersebut, dapatkah kita berharap para mahasiswa memahaminya?” ujar Stemberg.
Presiden mahasiswa Harvard Tara Raghuveer menyatakan, investigasi skandal plagiat ini sudah menjadi topik yang ramai dibicarakan di kampus dalam beberapa bulan terakhir. Menurut Raghuveer, beberapa mahasiswa yang terlibat memulai tahun ajaran baru tanpa mengetahui apakah mereka dapat menyelesaikan semester tersebut, mengingat lamanya proses penyelidikan.
Mahasiswa 20 tahun ini juga menyatakan, ada banyak pertanyaan yang beredar tentang apakah instruksi ujian take home tersebut jelas menyatakan kemungkinan bolehnya kerjasama kelompok. Menurutnya, baik mahasiswa maupun dosen kini berhati-hati dalam mendiskusikan kebijakan kerjasama dalam ujian.
Raghuveer mendesak komunitas kampus untuk mendorong para mahasiswa yang diskors karena alasan akademik ketika mereka kembali ke kampus. “Ini adalah insiden yang sangat disayangkan, dan para mahasiswa yang terlibat dalam skandal ini pun mendapat hukuman yang sesuai. Namun mereka tetap bagian dari komunitas kita, dan mereka seharusnya tidak diasingkan oleh Harvard,” imbuhnya. (okezone.com)
Belum ada komentar