Pulau Weh, Sabang

Benua Asia mulai dikenal sebagai kiblat pariwisata di dunia. Indonesia harus mulai memberikan wahana pariwisata yang berbeda.

Asia mulai menjadi kiblat pariwisata dunia, karena itu Asia harus punya konsep dan pengemasan yang khas dalam bidang pariwisata tersebut. Hal ini disampaikan oleh Direktur Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STP Bandung), Noviendi Makalam, pada penutupan Asia Tourism Forum 2012 (ATF 2012), Kamis (10/5). Dengan berbasis kebudayaan yang kuat dan pendekatan sustainable livelihood, pariwisata Asia akan memiliki karakter.

Kebudayaan di Asia, khususnya Indonesia, akan menjadi jiwa pariwisata selain alam. Akan tetapi, pariwisata di Indonesia harus mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat setempat. “Pariwisata itu diciptakan bukan untuk mensejahterakan investor, tetapi juga masyarakat setempat,” jelas Noviendi yang ditemui di tempat penutupan ATF 2012, STP Bandung.

Untuk mewujudkan Asia sebagai kiblat pariwisata dunia, Indonesia juga harus turut membantu untuk membuat pariwisata yang tematik. “Jadi, jumlah pengunjung kecil, namun memberikan kemaslahatan yang besar kepada pengunjung tersebut,” jelasnya.

“Karena negara-negara tetangga memiliki kebudayaan dan alam yang mirip, kita harus mempunyai keunikan dengan mengembangkan atraksi wisata yang lain dari negara lain miliki,” tambah Noviendi. Keberadaan pembina pariwisata, yaitu pemerintah, juga berperan penting untuk pengembangan pariwisata Indonesia.

Kegiatan seperti ATF ini akan menumbuhkan inovasi-inovasi pariwisata, baik oleh mahasiswa, peneliti, dan para pengajar. Noviendi berencana untuk mengadakan kegiatan yang serupa tiap tahunnya. (Arief Sujatmoko/nationalgeographic.co.id)