Kerajinan tangan beulangong tanoh (Foto M Iqbal)Banda Aceh — Penurunan harga bahan makanan sebesar 0,81 persen pada Maret 2013 di pasaran menjadi pemicu deflasi yang terjadi di Kota Banda Aceh pada bulan itu.

Menurut, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, Hermanto di Banda Aceh, Senin (1/4) menyebutkan, deflasi yang terjadi di ibu kota Provinsi Aceh pada Maret itu sebesar 0,12 persen.

“Artinya, tim pengendalian inflasi Kota Banda Aceh telah bekerja optimal dalam upaya menjaga distribusi dan harga sehingga harga sejumlah kebutuhan pokok di pasaran mengalami penurunan,” kata Hermanto.

Hermanto mengatakan, kelompok sandang dan perumahan air, listrik dan gas juga menjadi penyumbang terhadap deflasi Banda Aceh masing-masing 0,96 persen dan 0,14 persen.

“Komoditas yang paling besar andil bagian terhadap penyumbang deflasi Kota Banda Aceh adalah penurunan harga telur ayam ras, emas perhiasan dan ikan tongkol di pasaran,” tegasnya.

Sementara kelompok yang mengalami kenaikan harga pada bulan Maret di ibu kota provinsi itu diantaranya kesehatan, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

Sedangkan Kota Lhokseumawe yang juga di pantau IHKnya terjadi inflasi sebesar 0,46 persen, sehingga secara agregat Provinsi Aceh mengalami inflasi sebesar 0,16 persen pada Maret 2013.

“Inflasi di Kota Lhokseumawe di sumbang oleh kenaikan bahan makan di pasaran pada bulan itu,” ujarnya.

Dari 16 kota di Sumatera yang di pantau dan dihitung IHKnya 10 kota mengalami inflasi dan enam kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,70 persen dan terendah di Pekan Baru sebesar 0,12 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang sebesar 0,87 persen. (ant/skl)