Banda Aceh — Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Ir Iskandar MSc mengungkapkan, dalam rangka percepatan pembangunan wilayah tengah, Pemerintah Aceh berencana membangun 11 ruas jalan tembus lintas tengah di propinsi ini.

Sementara untuk membangun jalur sepanjang 316,8 km dengan anggaran senilai Rp 1,1 triliun, diambil dari APBD dan APBN.

Pembangunan 11 ruas jalan tersebut nantinya akan dilaksanakan secara bertahap, yaitu mulai tahun 2013 hingga 2017.

Sementara yang menjadi dasar pertimbangan pembangunan jalan ini karena jalur lintas tengah Aceh sampai saat ini masih sulit dilalui, akibatnya membuat pembangunan beberapa kabupaten di wilayah tengah Aceh tertinggal.

“Jadi, untuk total jalur sepanjang 316,8 km kita alokasikan anggaran Rp 1,1 triliun dan ruas jalan yang akan dibangun sebagian besar melalui kawasan hutan lindung,” kata Iskandar, Senin (30/07).

Dikatakan, pembangunan jalan tembus lintas tengah itu merupakan salah satu upaya pelaksanaan program percepatan pembangunan Aceh yang sebelumnya telah di laporkan kepada presiden.

Hal itu perlu dilakukan karena hubungan transportasi dan ekonomi antara wilayah barat, timur dan tengah selama ini belum berjalan sempurna.

Sebagaimana diketahui, jalur lintas tengah Aceh sampai saat ini belum tembus sehingga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di wilayah itu. Akibatnya, terjadi ketimpangan ekonomi antara masyarakat di wilayah tersebut dengan wilayah barat dan timur yang sudah bagus semua.

“Ini kah aneh, tapi semua itu penyebabnya karena jalur-jalur tembus penghubung antar wilayah, khususnya dari dan ke tengah sangat terbatas,” ujar alumnus University of London ini.

Dipaparkan, 11 ruas yang akan dibangun adalah Jantho-Aceh Jaya (26 km), perbatasan Aceh Besar-Lamno (26 km), Peureulak-Lokop-Gayo Lues (30 km), Aceh Timur-Pinding-Blangkejeren (46 km), Simpang Krung Geukeuh-Bener Meriah (22 km), dan Aceh Utara-Simpang Kebayakan (22 km).

Ruas lainnya adalah Babah Rot-Perbatasan Gayo Lues (7 km), Simpang Teritit-Pondok Baru-Samar Kilang-Aceh Timur (18,3 km), simpang Lw Deski-Muara Situlen-Perbatasan Aceh Selatan (3,5 km), Jalan Gelombang-Aceh Tenggara (22 km), Aceh Selatan-Trangon-Blangkejeren (62 km), Jeuram-Lhok Seumot-Aceh Tengah (8 km), dan Trumon-Bulohseuma-Kuala Baru (24 km).

Melintasi Hutan Lindung

Dijelaskan juga, untuk tahap pertama pembangunan jalan tembus dimaksud akan dituntaskan tahun 2013 dengan biaya sebesar Rp 218,7 miliar dari total Rp 1,1 triliun kebutuhan pendanaan.

Panjang ruas jalan yang akan dibangun pada tahap pertama 62,5 km. Dan pada tahun 2014 akan dibangun lagi sepanjang 76,5 km dengan biaya Rp 267 miliar, sedangkan tahun 2015 akan dibangun sepanjang 68 km dengan biaya Rp 238 miliar.

Tahap ketiga dan keempat dilaksanakan tahun 2016 dan 2017. Untuk tahun 2016 akan dibangun sepanjang 61 km dengan biaya Rp 213,5 miliar, dan tahun 2017 sepanjang 49 km dengan biaya Rp 171,5 miliar.

Masih kata Iskandar, jalan tembus yang akan dibangun dipastikan akan terkena atau melalui kawasan hutan lindung, seperti halnya jalur Aceh Besar-Aceh Jaya yang akan melalui hutan Ulu Masen, atau Gayo Lues-Babahrot yang melalui Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Tetapi, pembangunan semua jalan tersebut sifatnya hanya peningkatan, bukan pembukaan jalan baru. Karena sebelumnya di wilayah tersebut sudah ada jalan kecil yang hanya bisa dilalui sepeda motor.

“Yang pasti kita tak akan melanggar hukum dengan merusak lingkungan. Jadi selama kita tidak melanggar hukum, kenapa tidak, untuk meningkatkan jalan di hutan tersebut,” kata mantan pejabat BRR ini. (Medan Bisnis)